A Star Between Us

Pojin Marble
Chapter #21

Bab 21

  “Tutup mulutmu, kau tadi tidak menyikat gigimu? Bau sekali.” Mengabaikan Teddy yang sibuk mempermasalahkan bau mulut Bobby, aku juga sibuk menyuapi Luna yang bahkan tidak memberiku kesempatan untuk makan. Aku tidak tahu apa dia langsung menelan makanan di mulutnya tanpa mengunyahnya atau dia memang rakus.

  “Tina bilang kita harus cepat-cepat sebelum matahari meninggi, jadi aku... belum menyikat gigiku.” Bobby menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan perasaan menyesal. “Tapi kau juga tidak menyikat gigimu bukan? Aku bahkan tidak melihatmu ke kamar mandi membawa sikat.” Bobby meninggikan suaranya melawan balik Teddy.

  “Apa maksudmu... yang penting aku tidak menyebarkan bau mulutku. Tidak sepertimu yang menguap di sepanjang lorong tadi.” Teddy dan Bobby masih berdebat.

  Mereka berdua sama-sama belum menyikat gigi mereka dan sama-sama bau mulut, dan mereka malah saling menyalahkan. Apa yang mereka mau? Mereka hanya akan saling mencium bau mulut satu sama lain.

  “Kita harus cepat-cepat, sebelum matahari berada tepat di atas kita. Karena kita akan pergi ke perkebunan stroberi dan juga ikut memetiknya, jadi kita harus cepat kalau tidak mau terbakar matahari. Aku sudah menelepon pak Asep. Sebentar lagi pak Asep sampai. Ayo.” Tina berperilaku sesuai dengan reputasinya yang memang pandai. Dia selalu mempersiapkan segalanya, termasuk barang-barang yang harus dibawanya. Tina seperti penanggung jawab kelompok ini, dan aku seperti ketua kelompok yang akan disalahkan jika terjadi apa-apa dengan kelompok ini.

  Sangat disayangkan aku tidak bisa ikut memetik stroberi. Yah, Luna juga pasti berpendapat sama denganku.

  Teddy dan Bobby melirik Luna saat sedang mengunyah. “Kalian sedang sarapan?” Kata Bobby. Mereka berdua menghampiriku dan Luna. “Kenapa kalian suap-suapan?”

  “Masa bodo dengan suap-suapan, nah beri aku sesuap aaa....” Teddy membuka mulutnya. Tentu saja aku tidak memberikannya, aku sendiri saja baru makan sedikit.

  “Makan ini.” Luna memasukkan kaos kaki miliknya ke dalam mulut Teddy lalu menamparnya.

  “Aw. Sakit tahu, apa ini? Hhuek.” Teddy mengambil kaos kaki di mulutnya, lalu membuangnya ke lantai.

  Hahaha.

  “Keterlaluan sekali kau Luna, aku ini sedang lapar. Berbaik hatilah denganku, beri aku sedikit ya? Satu suap saja.” Teddy memohon, Teddy mencoba membujuk Luna. Dia harusnya sudah tahu apa hasilnya. “Aw, kenapa kau menamparku lagi?”

  Hahaha. Teddy yang malang.

  “Teddy, Bobby. Ayo kita berangkat. Pak Asep sudah menunggu di lobi hotel.” Tina menarik Bobby dan Teddy. “Ayo.”

Lihat selengkapnya