"Jangan berpikiran yang aneh-aneh, pikiranku tidak sekotor itu."
Baguslah kalau dia memang tidak menonton video seperti itu. Aku jadi membayangkan seliar apa Tina saat—lupakan, jika memang dia suka menonton video seperti itu—astaga, pikiranku mulai kotor.
"Aku tidak menyangka Tina orangnya seperti itu." Bisik Luna.
"Tina kau dengar, Luna bilang dia tidak menyangka kalau kau orang yang seperti itu." Aku berteriak pada Tina, mengadukan Luna pada Tina.
"Luna!" Tina bergegas berdiri dan mulai mengejar Luna. Entah apa yang akan mereka lakukan nantinya, yang pasti mereka tidak akan saling adu jotos.
Luna dan Tina berlarian ke sana kemari seperti anak kecil. Mereka bahkan menabrak istana buatan Bobby, yang sudah dibangunnya susah payah. Aku akan menyampaikan rasa turut prihatinku padanya nanti. Sementara itu, aku tidak tahu di mana keberadaan Teddy. Sepertinya dia masih berusaha mencari seorang wanita yang mau dijadikannya pacar.
Luna dan Tina sudah hilang dari pandanganku, saat ini yang masih dalam pandanganku hanyalah Bobby. Bobby masih sibuk membangun ulang istananya yang hancur ditabrak Luna tadi. Selama mereka berdua tidak berlarian di sekitarku, aku tidak memperdulikannya.
Gawat, aku mulai mengantuk. Aku rasa ini adalah kelemahanku, mudah mengantuk. Tidak melakukan apa-apa ternyata membuatku mudah sekali mengantuk. Aku baru tahu itu. Mungkin ini sebabnya saat aku tiduran sebentar di kamar aku langsung tertidur. Aku tertidur setelah berbaring selama tiga menit di ranjangku. Tiduran di ranjang memang terbaik. Apalagi kasur di hotel, empuk sekali sampai aku merasa kalau aku sedang tidur di atas awan. Tidak, itu buruk sekali. Aku terlalu berlebihan dalam menggambarkan betapa empuknya kasur yang ada di hotel. Yang pasti, ranjang itu membuatku nyaman saat tidur.
Hari mulai gelap saat aku masih mengagumi apa yang sedang kulihat. Tubuhku yang terpaku menggantikan tugas bibirku untuk melontarkan semua pujian-pujian tentang betapa indahnya kawah putih. Aku hanya bisa terduduk diam dan memandangi semua keindahan yang ada di hadapanku. Mulutku hanya ternganga tanpa mengatakan apapun walau sebenarnya aku ingin mengatakan banyak hal. Ini adalah kali pertamaku pergi berlibur. Sungguh menyenangkan bisa berlibur ke tempat ini. Aku sangat menyukai berlibur ke tempat-tempat seperti ini, tempat-tempat yang indah. Membuat pikiranku menjadi tenang.
Masih cukup ramai mengingat hari semakin gelap. Aku melihat ke sekitarku yang sedari tadi aku abaikan. Aku melihat berapa orang hanya berjalan-jalan saja di pinggiran danau. Ada juga yang berswafoto, lumayan banyak yang melakukan swafoto. Di kejauhan aku juga melihat sekelompok orang yang aku rasa mereka habis melakukan foto prewedding. Aku berasumsi dari si perempuan yang terlihat menggunakan gaun pengantin yang begitu mewah, rasanya tidak mungkin jika itu hanyalah sesi pemotretan untuk majalah atau sejenisnya. Di sekitarku juga ada beberapa anak kecil yang berlarian, semoga saja mereka tidak menabrakku. Dan juga ada satu dua anak kecil yang sedang bermain pasir seperti Bobby, mereka juga sedang mencoba membangun istana. Mereka harus secepatnya membuat kesepakatan antar kerajaan agar tidak terjadi peperangan.
Sebentar lagi tempat ini akan tutup, ke mana mereka bertiga pergi? Hanya ada Bobby di sekitarku. Luna, Tina, Teddy, mereka hilang entah ke mana.
Sebaiknya aku menelepon mereka.
Apa ini?
Ada e-mail masuk. Dari... Mia? Mia Christine?
Aku membuka e-mail dari Mia, ternyata itu adalah e-mail balasan. Dia membalas e-mail dariku. Seingatku aku tidak pernah mengiriminya e-mail.
"Hai Mia, apa kabarmu. Aku rindu padamu."