A Star Between Us

Pojin Marble
Chapter #26

Bab 26

  Tina tiba-tiba menamparku. “Kenapa kau menamparku? Sakit tahu.”

  “Luna menyuruhku untuk menamparmu kalau-kalau kau melirik nona yang ada di meja resepsionis.” Tina tertawa kemudian.

  Luna sudah punya asisten untuk menamparku rupanya.

  Kami masuk ke kamar kami masing-masing. “Ini lebih bagus dari hotel sebelumnya tempat kita menginap.” hanya dari melihatnya saja sudah dapat dipastikan kalau hotel ini lebih bagus dari hotel yang di Ciwidey tempat kami menginap. Tapi sekarang aku satu ranjang dengan Teddy dan Bobby. Memang ranjangnya besar, tapi itu semua tidak ada artinya jika ada Bobby dan Teddy di sekitarku. Aku sudah mendapat pandangan masa depan saat membayangkan semua ini, aku pasti akan tidur di lantai. Beruntung kamar ini memiliki karpet yang tebal dan membentang luas hampir memenuhi kamar ini, terbuat dari bahan yang aku tidak tahu apa itu, tapi karpet ini lembut sekali. Karena aku yang belum pernah melihat karpet seperti ini atau memang karpet ini kualitasnya bagus aku tidak tahu. Sekali lagi aku berharap, semoga hanya tampilannya saja yang terlihat mewah.

  “Dante, cobalah. Kasur ini empuk sekali.” Bobby melompat-lompat di atas kasur.

  “Berhentilah melompat atau kau akan merobohkan hotel ini.” Kata Teddy.

  “Aku lapar, aku mau makan dulu.”

  “Kita sudah sarapan tadi pagi, kau masih lapar?”

  “Perjalanan panjang membuatku lapar. Lagian aku hanya mau makan camilan saja.”

  “Kau sudah mirip seperti Bobby.”

  Mari berharap semua camilanku tidak dimakan Bobby.

  “Di mana ranselku?”

  “Aku mana tahu, itu kan ranselmu.”

  “Kalian benar-benar tidak ada yang lihat di mana ranselku? Masa aku salah bawa ransel?”

  Bukankah kemungkinannya sangat kecil untuk tertukar?

  “Kau tidak salah bawa, lihat. Di sini hanya ada tas milikku dan Teddy.”

  Aku membawa ransel dan koper, tapi yang ada di ruangan ini hanya ada koperku saja. Di mana ranselku?

  “Kenapa kau tidak tanyakan pada Luna, dia kan orang paling jahil di antara kita berlima.” ucap Teddy memberikan usul.

  “Tidak harus Luna, kalian bertiga juga bisa melakukannya. Bisa saja kalian memanfaatkan prestasi Luna yang sering jahil.” Prestasi? Ngomong apa aku ini?

  “Untuk apa kami menyembunyikan ranselmu?”

  “Mana kutahu.”

  Aku pergi ke kamar Luna dan Tina. “Tina, Luna. Kalian di dalam?” Tidak ada yang menjawab.

  Pintunya tidak dikunci.

  Aku membuka pintunya.

  “Nona, kalian tertangkap basah.” Lihat mereka berdua.

  “Hai.” Tina tersenyum saat dia hampir memasukkan camilan ke dalam mulutnya.

  “Kau mau bergabung?” Luna menyodorkan satu bungkus keripik singkong yang sudah habis padaku dengan mulutnya yang masih penuh makanan.

  “Masih ada sisa untukku?”

  “Biar kulihat.” Luna mengangkat ranselku tinggi-tinggi. “Tidak ada.”

  “Kalian sudah mengeluarkan laptopku?” Kataku. “Kau tidak membaliknya, bagaimana caranya makanan itu jatuh kalau kau tidak membalik ranselnya.”

Lihat selengkapnya