“Kalian dari mana?” Aku bertanya. Luna terlihat memalingkan wajahnya dariku. Dia seperti sedang marah denganku. Memang kita sedang marahan ya?
“Kami habis makan siang dan berjalan-jalan. Ramai, tapi masih ada yang bisa dinikmati. Kalian sendiri mau kemana?” Karena Luna diam saja, Tina jadi yang menjawab pertanyaanku.
Luna sedang sariawan?
“Ah, kami sedang mencari tempat untuk makan. Aku berharap bukan restoran.”
“Hei, percayakan padaku oke. Tenang saja akan kucarikan.” Sahut Bobby.
“Akan kucoba.” Kataku. “Eh, ngomong-ngomong Luna kenapa ya? Kau tahu apa yang terjadi dengannya?”
“Kau lupa? Kalian tadi bertengkar kan di kamar aku dan Luna?” Tina berbisik.
“Benarkah?” Aku lupa.
“Oh ayolah, belum ada sehari masa kau sudah lupa.”
“Tina! Ayo kita lanjut berjalan-jalan lagi.” Teriak Luna.
“Aku pergi dulu. Dia tampaknya masih kesal denganmu. Tunggu aku Luna, aku datang.”
Begitu? Aku lupa.
Aku sendiri tidak percaya kalau aku bisa lupa dengan cepatnya.
Mungkin karena aku sibuk bermain game kali ya?
“Ini dia, ayo masuk.” Seru Bobby. Sudah sampai ya?
Aku lapar sekali.
Sesampainya di dalam Bobby langsung berdiri di depan papan menu makanan. Bobby berdiam diri selama beberapa menit, dia tampak bingung hendak memesan apa. Jika dia tidak segera memesan makanan, kita tidak akan kebagian tempat duduk. Tempat ini cukup ramai. “Bobby, kau baik-baik saja? Cepatlah pesan, kita akan berdiri selamanya jika kau tidak segera memesan sesuatu.”
Tidak ada bedanya dengan restoran. Aku bisa melihat harga setiap makanan yang dijual di sini. Harga liburan memang mahal-mahal. Lokasi yang dijadikan tempat wisata membuat harga setiap barang dan makanan yang ada di sini menjadi mahal.
“Dante, bawa makanannya kemari.”
Aku baru melihat-lihat sekitar dan Bobby tiba-tiba sudah duduk di pojokan? Bagaimana dia ke sana? Dia menggelinding?
Tiba-tiba saja Bobby sudah mendapatkan tempat duduk, di pojokan lagi.
“Dante, cepatlah. Aku sudah lapar.” Teriak Bobby.
Kenapa kau tidak pesan sekalian tadi.
“Iya.”
Pesan apa dia? Seingatku dia tidak bilang apa-apa padaku.
Kami selesai makan setengah jam kemudian. Bobby sadar kalau dia belum mengatakan apa saja pesanannya. Dia mengirimiku SMS, panjang sekali daftar makanan yang dia pesan. Jika dia Luna, habis sudah uang di dompetku. Aku benar-benar khawatir dengan kondisi dompetku.
“Kenyang sekali aku.”
“Segitu banyak makanan yang kau pesan, sudah pasti kau akan kekenyangan.” Kurasa perutnya hampir meledak.