“Enaknya makan yang mana dulu ya?” Luna berbicara sambil melihat ke semua makanan yang ada di hadapannya. “Bagaimana kalau kita minum dulu?”
“Kau yakin? Sebaiknya kita makan ayamnya saja dulu. Lalu kau bisa makan coklatnya sebagai pencuci mulut.” Kenapa aku merasa seperti orang kaya ya saat mengatakan pencuci mulut?
“Kita minum langsung dari botolnya? Aku lupa membawa gelas.”
“Kau tidak mendengarkanku?”
Dia sepertinya tidak melihat ada ayam goreng dan coklat di hadapannya. Mungkin dia juga tidak melihatku.
“Kau tidak masalahkan kalau pinggiran botolnya bekas bibirku? Aku tahu kau senang, tapi jangan terlalu senang seperti itu.” kata Luna.
“Aku tidak mengatakan apapun.”
Entahlah, aku tidak tahu harus merasa senang atau jijik.
“Ha ha ha.” Luna tiba-tiba tertawa.
Apa yang dia tertawakan?
“Luna, kau masih sadar?” Dia baru saja menenggaknya. Ini pertama kalinya dia minum. Harus bilang apa aku nanti pada ibuku, kalau dia tahu Luna meminum bir.
Luna memperlihatkan tanda-tanda kalau dia tidak kuat banyak-banyak minum bir. “Kau baik-baik saja?”
“Tentu saja aku baik-baik saja. Kau ini kenapa.” Luna berteriak. Padahal dia di sampingku.
“Kau sebaiknya berhenti minum.” Payah sekali dia ini. Baru satu kali tenggak sudah mabuk.
“Ah, kepalaku.”
Paginya aku terbangun di kamarku, di lantai. Aku lupa kejadian setelah aku meminum dua tenggak bir yang dibawa Luna. “Luna sampai di kamarnya dengan selamat tidak ya?” Aku sendiri tidak tahu bagaimana aku bisa sampai di kamarku. Aku merasa lega jika aku tidak dijahili Luna saat mabuk semalam, jika. Sayangnya aku lupa kejadian semalam tepat setelah aku dua kali menenggak minuman itu. Aku tidak jauh berbeda dengan Luna ternyata.
Teddy dan Bobby masih tidur di ranjang. Aku melihat sekelilingku, mengecek ada yang berbeda atau tidak. Siapa tahu aku kembali ke kamar sambil mencoret-coret tembok kamar ini.
Ini pertama kalinya aku minum bir. Dan kepalaku masih pusing. Aku keluar kamar. Syukurlah aku tidak melakukan yang aneh-aneh. Aku khawatir aku melakukan sesuatu di sepanjang lorong. “Luna.” Aku mencari ponselku. Aku berniat menghubunginya, aku khawatir dengan keadaannya. Sebaiknya aku telepon Luna atau Tina ya?
Di mana ponselku?
“Oh, hai Tina. Kau sudah bangun rupanya.” Aku menelepon Luna tapi yang mengangkatnya Tina.
“Kau mau menanyakan keadaan Luna? Dia masih tidur.”
“Dia baik-baik saja kan?”