“Aaaah, Luna, lepaskan!” kataku, sambil berusaha mati-matian melepaskan rambutku dari cengkeraman Luna.
Luna menjambakku dengan kuat sekali. Aku merasa rambut di kepalaku hampir lepas semua dari kepalaku. Dijambak Luna itu rasanya seperti memangkas rambut dengan capit kepiting yang entah kapan selesainya. Sakit sekali.
“Kalian tidak mau membantuku?!” aku berteriak pada Tina, Bobby, dan Teddy.
Sementara aku dijambak Luna dan ditarik kesana kemari, mereka bertiga hanya tertawa terbahak-bahak di belakangku.
Mereka benar-benar tidak setia kawan.
Kenapa juga dia bisa dengan mudahnya tertidur, yang lelah karena bangun pagi dan berolahraga kan aku bukan dia.
Luna masih menjambakku sambil berteriak “LABA-LABA, LABA-LABA!!”
“Ambilkan aku air, cepat!” aku berteriak pada siapapun di belakangku yang mendengarnya.
Biar kusiram wajahnya.
Tina menyerahkan satu botol air mineral padaku.
“Kau belum membukanya?”
Tina memberikanku botol air mineral yang masih baru dan belum dibuka.
Astaga.
Sementara rambutku masih dijambak Luna, aku mencoba membuka tutup botol. Ah, mataku terasa berair.
“Luna, bangunlah!” setelah berhasil membuka tutup botol, aku menyiramkannya pada Luna. Aku menumpahkan semuanya di wajahnya.
Luna tersentak, kepalanya membentur kepalaku yang masih berada di dekatnya. Luna bangun dengan ekspresi terkejut. Dan segar tentunya karena sudah kubasuh sekalian wajahnya. “Kenapa wajahku basah?”
Tina, Teddy, dan Bobby kompak menunjukku. Dari botol yang masih kupegang, Luna menyimpulkan bahwa aku yang tadi menyiramkannya. Luna mengambil botol yang kupegang, lalu memukulkannya ke kepalaku. “Kenapa kau menyiramku? Kau pikir aku tanaman hah?”
“Aw, habisnya kau tidak bangun-bangun” kataku sambil mengusap kepalaku. “Lagipula aku harus menyelamatkan rambutku dari jambakanmu sebelum kepalaku gundul. Segitu ngantuknya sampai cepat pulas?”
Kepalaku masih terasa nyeri karena dijambak Luna.
“Jadi, ada apa membangunkanku?” kata Luna sambil mengeringkan wajahnya dengan kaus yang dia temukan di kamar itu. Bukankah itu kausku?
“Aku teruskan apa yang mau kuberitahu tadi” Tina merapikan baju dan celananya. “Tadi, aku mendapat info kalau ada salah satu sutradara ternama dari Australia yang akan menjadi tamu saat pementasan drama nanti. Bagaimana?”
“Bagaimana apanya?” seru Bobby
Luna beringsut ke depan Tina. “Kau serius? Seorang sutradara?”
Tina menganggukkan kepalanya.
“Baiklah, jadi kenapa kalau ada sutradara ternama dari Australia yang menjadi tamu di pementasan drama nanti?” tanya Teddy.
“Gunakan otakmu untuk berpikir bodoh.” Luna menukas. “Tentu saja siapapun yang bercita-cita menjadi aktor atau aktris, pementasan drama nanti akan menjadi ajang untuk pencarian bakat baru dalam industri perfilman. Aku harus menarik perhatian sutradara itu!”
Luna mengatakan itu sambil mengangkat kepalan tangannya ke depan wajahnya.
“Hoo, tampaknya kau antusias sekali.” kataku.