Seperti kata Luna, mobil yang ditunjukkannya adalah taksi yang kami tunggu. Mobil itu berhenti di depan kami.
"Permisi, mau tanya, di sini ada yang bernama Dante tidak ya?" tanya pak sopir itu.
"Ada! Dia yang namanya Dante, dia yang memesan taksi ini!" Luna menunjukku dengan semangat.
Tunggu sebentar—bukankah tadi pak sopir itu bilang Dante?
"Kenapa menggunakan namaku?" firasatku buruk tentang ini.
"Kau sudah tahu jawabannya Dante." kata Teddy menepuk bahuku. "Ayo masuk."
Semuanya langsung bergegas masuk. Seperti sebelumnya, Luna duduk di depan. Aku, Teddy, dan Tina duduk di belakang Luna. Sedangkan Bobby duduk bersama barang-barang bawaan. Kami sengaja memesan mobil yang bisa memuat banyak barang sesuai barang bawaan kami.
Aku lagi ya yang harus bayar?
Kira-kira berapa ya biaya perjalanan dari Anyer sampai rumah?
Sesampainya di rumah, aku hanya tidur-tiduran. Ya, hanya tidur-tiduran saja sampai malam. Berulang kali ibuku mengetuk pintu kamarku dan menyuruhku untuk mandi, tapi aku tetap bertahan di posisiku, sampai saat ini.
Aku tidak terlalu khawatir tentang kelaparan. Ibuku selalu meninggalkan makanan di depan pintu kamarku saat aku tidak turun ke bawah. Ibuku melakukannya seperti memberi makan kucing liar yang terkadang mampir ke rumah ini. Aku sedikit tersinggung sih.
Sejak tadi pagi, aku hanya berbaring di ranjangku. Aku berusaha tidur dengan memejamkan mataku. Saat aku bangun, aku memejamkan mataku lagi. Terus seperti itu sampai ponselku berbunyi dan nama Luna terlihat di ponselku.
Mau apa dia malam-malam meneleponku?
"Halo, Luna. Ada apa meneleponku malam-malam?"
"Dante, aku tidak bisa tidur."
"Baiklah, tetap di sana. Coba kau ceritakan padaku apa yang membuatmu tak bisa tidur." Pasti dia sedang memikirkan pementasan drama.
"Aku sudah di depan rumahmu." Ucapnya.
Aku tahu hal ini akan terjadi. Kenapa dia baru memberitahu setelah sampai.
"Tunggu di sana, aku akan turun." Kataku sambil menghela napas. Aku turun dan pergi keluar menemui Luna.
"Kau lama sekali." Katanya sambil mendongak ke arahku.
"Maaf. Lagian kenapa kau tidak langsung masuk saja?"
"Kan tadi kau yang suruh aku tunggu di luar. Gimana sih?"
"Maaf, maaf. Jadi, kenapa kau tidak bisa tidur? Apa karena tugas pementasan drama nanti?"