A Star Between Us

Pojin Marble
Chapter #44

Bab 44

"Matamu tajam kalau soal makanan." 

"Sini, sini, sini. Uwaaaahh." 

"Luna, aku bagi sedikit. Boleh ya?" ucap Teddy.

Tina menepuk tangan Teddy saat itu juga. "Apaan sih kau ini." Tina mendesis. Memarahi Teddy dengan suara sepelan mungkin agar Luna tak mendengarnya. "Kau lupa untuk apa kita menemui Luna?" 

"Iya, iya. Maaf." Jawab Teddy menyesal.

"Luna, aku sudah mencatat semua pelajaran hari ini. Kau boleh meminjamnya." Tina mengeluarkan semua buku tulisnya.

"...Eh...Tina, tapi kita kan tidak satu kelas. Aku tidak yakin apakah jadwal kelas kita berdua hari ini sama."

"Hmm...kau ada benarnya." Tina tampak mudah sekali diyakinkan. Meski mata pelajaran kedua kelas berbeda, untuk materi pelajaran pasti sama. Yah, semua hanya masalah waktu kapan materi itu akan dibahas.

"Bagaimana dengan kau?" Luna mengulurkan tangannya padaku. Dia menatapku penuh harap.

"Apa? Kau butuh sesuatu? Semua makanan ada di hadapanmu." 

Ekspresinya tidak berubah. Dia malah menaikan satu alisnya. "Mana catatanmu?" 

Ah, benar. Aku dan Luna satu kelas. 

"Tidak ada." Kataku. "Aku tidak mencatat apapun."

"Hah? Apa maksudmu? Kau bolos ke mana hari ini?"

Kenapa dia asal menuduhku. "Aku tidak bolos ke mana-mana. Memang hari ini tidak ada yang dicatat. Semua pelajaran mengutip dari buku paket—maksudku semua pelajaran yang dibahas ada di buku paket. Tidak ada hal baru di papan tulis yang memerlukan ruang dalam buku tulisku."

"Bilang saja kau malas. Dasar banyak alasan." Kata Luna.

"Itu namanya kesalahpahaman sepihak. Aku hanya berhemat. Kau tahu kan kalau kertas itu terbuat dari pohon? Nah itu poin yang mau kusampaikan."

"Serat kayu maksudmu?" sahut Tina. "Dari pohon tanaman."

"Iya itu." Senangnya punya teman yang pintar.

"Pak, aku pesan siomaynya satu."

"Maksudmu satu potong siomay. Kau yakin itu cukup? Perutmu kan besar." Sahut Teddy.

"Bodoh, diamlah." Balas Bobby.

"Teddy, menurutmu ada orang yang pesan siomay satu biji?" aku bertanya pada Teddy dengan penuh perhatian. 

Aku mengkhawatirkan kondisinya. Sebenarnya di sini siapa yang sedang terpukul. 

"Luna, ayah dan ibuku mencarimu. Kau kelayapan ke mana saja tadi?" aku tidak ada niatan menanyai ke mana dia pergi. Aku hanya ingin menyampaikan kalau ayah dan ibuku mencarinya.

"Aku tidak ke mana-mana." Katanya sambil sibuk mengunyah. "Ya sudah ayo kita pulang." Luna bangkit dan menenteng semua jajanan yang kami bawa.

Lihat selengkapnya