A Star Between Us

Pojin Marble
Chapter #47

Bab 47

“Tunggu, dari mana kau tahu kita akan mendirikan tenda? Bisa saja kita menginap di hotel.”

“Hanya kemungkinan terbesar.”

“Kalau memang seperti itu dasar dari keputusanmu, lalu kenapa kau membawa sepatu putih? Cukup bawa saja sepatu birumu itu saja.”

“Ih, kau ini. Jadi aku cukup membawa satu sepatu saja? Kau yang bilang tadi, anggap sepatu yang lainnya sebagai ganti kalau-kalau nanti sepatu yang kupakai kotor.”

“Iya, iya. Lalu, kau punya sepatu warna dan motif seperti apa saja?”

“Ada biru, putih dengan beberapa motif, hitam, merah muda, kuning cerah, hijau toska, biru gelap, dan … ungu. Ada cukup banyak, tapi yang ada di rak sepatuku yang baru kusebutkan tadi."

“Kau punya banyak pilihan.”

“Itulah kenapa aku meminta bantuanmu. Jadi ada saran?”

“Jika memilih berdasarkan tempat yang akan dikunjungi, kau punya banyak pilihan. Kenapa kau tidak bawa saja semuanya kecuali yang warna putih?”

Dari seberang telepon terdengar suara hembusan napas, “Betapa mudahnya kau membuat pilihan? Menurutmu kalau kubawa semuanya bakal muat di tasku? Kalau memang seperti itu kenapa aku harus repot-repot meminta saran darimu.”

“Maaf, tapi saranku tadi patut dipertimbangkan, siapa tahu kan? Aku tahu betul kelakukanmu, mungkin kau akan sering ganti sepatu.”

“Apa maksudmu?” Luna mendengus, “Kau mau bilang kalau aku ini petakilan hah?”

“Tidak, tidak. Ya sudah kau bawa saja yang kau suka. Berdasarkan warna tapi selain warna putih. Berdasarkan mana yang sering kau pakai pada tempat serupa yang akan kau kunjungi nanti. Mana sepatu yang paling membuatmu nyaman dari total yang kau pakai selama ini. Jika setiap sepatu memiliki kualitas yang berbeda pilihlah yang punya kualitas paling baik yang tidak akan mengganggu kakimu nantinya. Jangan lupa pilih sepatu yang sudah kau cuci, karena kalau belum kau tidak boleh membawanya. Pasti sangat bau.”

Panjang juga aku memberi saran.

“Hmm… baiklah, akan kucoba pikirkan. Karena kita sedang telponan maka cukup sulit bagiku menghafal semua yang kau katakan tadi. Biar kuingat-ingat sebentar. Nanti kutelpon lagi kalau aku bingung. Malam.”

Tut. Luna akhirnya menutup telpon.

Lihat selengkapnya