A Star Between Us

Pojin Marble
Chapter #48

Bab 48

Akhirnya kami memulai kegiatan dengan mendirikan tenda. Kami dibagi menjadi lima orang per kelompok. Setelah sebelumnya tiap guru dibagi empat orang per kelas.

Pengelompokkan siswa dibagi menjadi 2 perempuan dan tiga laki-laki. Perempuan dalam kelompokku adalah Luna dan Nana. Lucu, jika mereka berdua digabung akan menjadi Lunana. Itu akan memudahkan mencari mereka jika keduanya pergi bersama.

Sementara tiga orang mendirikan tenda, dua sisanya mencari air atau menyiapkan peralatan untuk memasak dan makan jika dalam film-film. Karena ini bukan film-film, jadi sementara tiga orang mendirikan tenda, dua lainnya bersantai-santai bermain ponsel.

Aku tidak banyak membantu dalam mendirikan tenda. Begitu juga dengan dua orang lainnya. Sebagian besar kami semua dibantu oleh guru yang bertanggung jawab dengan kelompoknya masing-masing.

Jika dihitung menggunakan persenan maka guru yang membantu kami punya delapan puluh persen dalam upaya kami mendirikan tenda. Maklum, dari kami berlima tidak ada satu pun yang pernah berkemah sebelumnya.

Dari yang kudengar selama mendirikan tenda, ada satu dua kelompok yang cukup heboh saat mendirikan tenda. Aku tidak menghapal seluruh nama siswa, tapi aku tahu di mana mereka berada. Untuk berjaga-jaga kami akan membuat batasan agar tidak terlalu dekat dengan mereka. Apalagi aku satu regu dengan Luna.

Setelah sedikit bersusah payah mendirikan tenda, kami bertiga beristirahat di pinggirnya. Dan tak lama kemudian datang Luna. Dia datang sambil memandangi tenda yang ada di hadapanya.

“Pak, ini tenda untuk kami kan? Saya dan Nana.”

Yah, aku tidak terpikirkan hal ini sebelumnya. Kalau dipikir-pikir, laki-laki dan perempuan tidak mungkin berada di satu tenda. Apa ini artinya aku harus buat tenda lagi?

“Yang benar saja.” Gumamku.

Mendirikan tenda cukup menguras tenaga. Apalagi kalau baru pertama kalinya.

Dan sekarang aku harus membuatnya lagi.

“Dante, setelah selesai istirahat buat satu lagi.” Kata guru itu tersenyum. Guru itu mungkin akan bergabung denganku dalam satu tenda. Tapi semoga saja tidak jika melihat jumlah guru per kelompoknya.

“Ini melelahkan.” Keluh salah satu teman sekelompokku.

Aku hanya bisa menghela napas sambil berbaring melihat dedaunan yang menutupi langit.

Dalam setiap kelompok bisa dipastikan memiliki dua tenda. Dan salah satunya hanya berisi dua orang. Karena hal ini, setiap tenda didirikan secara berdekatan. Tidak terlalu dekat, cukup jauh jika dikatakan menempel. Untuk mencegah terjadinya hal yang tidak-tidak, tapi juga berpotensi terjadinya hal yang tidak-tidak.

Maka dari itu tiap kelas yang sudah terbagi per kelompok mendirikan tenda dengan jarak tertentu, agar tidak mengganggu masing-masing kelompok, tapi juga tidak terlalu jauh untuk saling melindungi dan mengawasi.

Menurutku memang tidak ada salahnya berjaga-jaga, masalahnya adalah kami semua melakukan kemping di tempat yang memang menyediakan tempat untuk kemping. Sudah terpantau dan terdapat fasilitas yang memudahkan bagi para wisatawan.

Tentu di tempat ini sudah memiliki penjaga. Apalagi yang bisa terjadi di tempat seperti ini selain wisatawan itu sendiri yang menjadi penyebabnya.

Hari tidak berakhir begitu saja di proses mendirikan tenda. Saat hari menjelang sore kami melakukan kegiatan yang santai. Ini bukan tipe kegiatan yang diperintahkan oleh guru. Lebih ke semacam sadar diri dalam mempersiapkan semua barang-barang pribadi.

Jika dijelaskan runtutan acaranya, sejak kami sampai hingga sore hari, mendirikan tenda adalah yang paling banyak memakan waktu. Di posisi dua ada sesi ucapan sambutan dari para guru termasuk kepala sekolah di awal. Ini adalah yang pertama mereka semua lakukan ketika bahkan beberapa di antara kami masih ada yang mabuk kendaraan.

Sore hari kami hanya bersiap-siap saja. Menyiapkan segala hal untuk makan, mandi, dan tidur. Menyaksikan matahari tenggelam termasuk pilihan yang buruk karena tidak akan terlihat.

Jadi yang kami lakukan hanya bersantai, yang kulakukan. Setelah selesai menyiapkan semuanya. Aku tidak tahu dengan yang lainnya, termasuk Luna. Dia sepertinya sedang berkeliaran berdua dengan Nana.

Ketika malam tiba, kami memulai kegiatan dengan melakukan makan malam. Bukan seperti piknik pada umumnya yang menggelar karpet dan semacamnya, kami hanya mencari sesuatu untuk kami duduki, ada yang mendapat batu, batang kayu. Juga ada yang membawa kursi sendiri.

Karena kemping identik dengan memasak sebelum mulai makan. Yah, inilah bagian yang membuat heboh. Aku bisa mendengar bising suara di mana-mana.

Lihat selengkapnya