Permasalahan nasi akhirnya selesai berkat kedatangan tak terduga Tina. Entah ada angin apa dia datang menghampiri kelompokku dan Luna. Tina tidak datang serta-merta membawa nasi, dia awalnya hanya menawarkan saja.
Karena ini kegiatan yang diadakan sekolah dan hanya akan dilakukan satu kali. Kami tidak tidur ataupun bersantai-santai setelah makan malam. Melainkan melanjutkan hal yang biasanya dilakukan saat kemping.
Mungkin karena ini piknik maka mereka semua bersemangat untuk melakukan hal-hal yang berkaitan dengan masa muda.
Bagiku sebenarnya tidak ada bedanya. Kemping hanyalah berpindah tempat tidur. Akan lebih ideal kalau kegiatannya dilanjutkan esok hari. Memang yang namanya guru itu selalu lebih bersemangat ketimbang muridnya.
Kami semua berkumpul. Tiap kelompok berdasarkan kelas dikumpulkan dan membuat lingkaran pada pukul sembilan malam. Membuat api unggun dan menyaksikan api berkobar sebentar lalu meredup.
Udara cukup dingin hingga tiap hembusannya mampu menggoyahkan kobaran api. Tidak ada yang berinisiatif menyanyi. Walau seorang guru sudah memberikan waktu dan tempat bagi mereka yang ingin beratraksi.
Kami mulai membuat lingkaran dengan api unggun sebagai pusatnya. Mengumpulkan kayu dan menyalakan api unggun lagi. Para guru memimpin kegiatan.
Setelah bercerita membagikan kisah masing-masing para guru, kami semua mulai bertepuk tangan. Bernyanyi, dan terkadang aku mendengar ada seseorang bersorak. Beberapa kali juga kami menari sesuai lagu yang dimainkan. Para guru menutup kegiatan malam dengan cerita horor dari masing-masing orang.
Sesi cerita horor berdasarkan pengalaman masing-masing orang selesai cukup lama dari yang kuperkirakan. Awal-awal kesan horor dari tiap cerita kurang terasa menyeramkan. Apa yang mereka ceritakan lebih seperti kejanggalan karena rasa takut mereka yang berlebihan.
Bila dirangkum, hanya ada empat atau lima cerita yang benar-benar terasa horor. Hampir membuatku ingin terus melanjutkan sesi cerita horor, untung saja tidak. Karena saat kulihat jam pada layar ponsel, itu sudah menunjukkan pukul sepuluh.
Kegiatan harus diakhiri karena masih ada kegiatan di keesokannya, para guru pun menyuruh kami semua tidur. Sayangnya tidak semua murid menurut.
Hasil dari kegiatan barusan bukan hanya membuat kami mengantuk, juga membuat kami lapar.
Meski tidak seberisik saat memasak makan malam tadi, bisik-bisik yang mereka lakukan sangat mengganggu.
“Dante, Dante, kau punya camilan?” tanya Luna berbisik.
“Haruskah aku berbagi denganmu?”
“Kepalamu minta kuhantam batu ya?”
“Hei, jangan menyalahgunakan fasilitas.”
“Sejak kapan alat pembunuhan termasuk fasilitas. Tunggu, tapi itu bagus juga.” Luna menimbang-nimbang.
Dia ini suka sekali ya mempertimbangkan hal-hal diluar batas normal.
“Apasih, kenapa jadi seram. Tunggu di sini, biar kuambilkan.”