A Star Between Us

Pojin Marble
Chapter #50

Bab 50

Pagi harinya, kami bangun sangat pagi. Kami bangun pukul tujuh. Saat membuka tenda kami serempak kaget ketika melihat keadaan di luar tenda sudah sangat sibuk.

Kegiatan pagi dimulai dengan memasak sarapan. Kali ini para guru turut mengawasi untuk menghemat waktu jikalau ada yang salah resep yang bisa memperpanjang waktu memasak.

Sebenarnya semuanya bisa menggunakan layanan pesan antar, tapi itu akan membuat acara kemping tidak alami. Setidaknya itu yang bisa kusimpulkan kenapa para guru tidak memesan makanan menggunakan layanan pesan antar.

Sejauh ini, jika aku menebak berdasarkan apa yang para guru coba lakukan, hari ini kami akan ada kegiatan menyusuri hutan di sekitar sini. Mungkin setelah sarapan. Pembagian kelompok akan berdasarkan per kelas dan berjalan berurutan mulai dari kelas A.

Karena tempat ini memang disediakan untuk kemping aku rasa tidak akan seperti di film-film. Di mana orang-orang dengan mudahnya disesatkan hanya karena diubah papan penunjuk arahnya saja.

Orang jahil biasanya akan selalu ada dalam kehidupan. Mereka tidak pernah hilang. Aku yakin orang jahil yang satu angkatan denganku pasti ada. Semoga kepribadiannya waras.

Kegiatan sarapan masih belum dimulai. Bukan karena salah resep atau ada bahan dan bumbu yang kurang, tapi memang prosesnya yang lama.

Jika mendengar dari Nana memasak baru saja dimulai pukul tujuh kurang lima belas menit. Kebanyakan dari mereka sudah bangun dari pukul setengah enam, bahkan ada yang bangun pukul lima pagi. Termasuk para guru.

Sebelum memasak, hal merepotkan yang harus dilakukan adalah mengumpulkan bahan-bahan dan bumbu. Kami harus teliti dan mengecek ulang sebelum memasak. Untuk yang ini aku melewatkannya. Aku dan dua orang lainnya. Luna dan Nana sudah mengambil alih dan mengatasinya dengan sangat baik.

Efek sampingnya kami jadi bingung harus apa saat menghampirinya.

“Eh… ada yang bisa kami bantu?”

“Diam dan jangan banyak bicara, dengan begitu kau sudah membantuku.” Luna berkata.

“Baiklah.”

Setidaknya aku tidak membuatnya marah.

“Makanan siap disantap.” Seru Nana sambil mengangkat sendoknya.

“Benarkah? Cepat juga.”

“Kau ini tidak membantu tapi banyak omong.” Kata Luna memarahiku berkacak pinggang.

“Maaf, maaf.”

Apa yang dimasak Luna dan Nana ya bisa selesai dengan cepat. Semalam saja sampai setengah jam lebih.

Aku melirik wajan kecil di atas kompor portabel. Tidak ada apapun.

“Ini. Dante bagianmu.”

“Oh, terima kasih.” Ternyata sudah ditaruh piring. “Telur ceplok dan acar, wah aku sih suka sekali dengan acar.” Tapi aku tidak terlalu suka dengan telurnya. Aku biasa makan yang versi dadar.

Lihat selengkapnya