A Star Between Us

Pojin Marble
Chapter #52

Bab 52

“…Ibu..?”

Ibuku mengangkat kepalanya dan menatapku.

“Oh! Dante?! Kau sudah sadar. Apa kau ingat yang terjadi? Kau tidak hilang ingatan kan?” serunya tampak terkejut saat melihatku. aku belum pernah melihat ibu seterkejut ini.

Ibuku bangkit berdiri dari kursinya dan merogoh tasnya. Mengeluarkan ponselnya lalu menelepon seseorang, kurasa ayahku.

Sekitar tiga puluh menit ayahku baru sampai. Begitu masuk dia meletakkan tasnya, berjalan ke arahku dengan wajah khawatir. “Kau tidak apa-apa Dante? Apa masih terasa sakit? Bagaimana kakimu?” tanyanya sambil memeriksa kakiku layaknya seorang dokter tapi dengan kekhawatiran seorang orang tua.

Aku tidak ingat bagaimana tepatnya bisa terjadi, “Tidak apa-apa. Masih sedikit kaku untuk digerakkan tapi aku bisa menggerakkannya sedikit-sedikit. Tak lama pasti bisa kugerakkan seperti biasanya.” Ada di rumah sakit mana aku?

Ketimbang ayah dan ibuku, aku rasa yang punya lebih banyak pertanyaan adalah aku. “Oh, bagaimana dengan kepalamu? Pusing? Kau tahu, biasanya orang yang kekurangan darah akan merasa pusing.”

Aku kekurangan darah?

“Iya, benar. Apakah kau masih pusing atau kau merasakan sesuatu pada kepalamu?” ibuku menambahkan pertanyaan.

“Apa aku kekurangan darah?” aku memang merasakan panas di kakiku jika kuingat kembali. Aku memegang pahaku. “Ah, aku tertusuk di sini ya?” aku membuka selimut yang menutupi pahaku. aku bisa melihat hampir seluruh pahaku dibalut perban.

Ayah dan ibuku mengangguk. “Dokter bilang kemungkinan besar kau pingsan karena kau kekurangan banyak darah.”

Yah itu bisa saja terjadi lebih parah kalau tidak ada yang tahu aku terjatuh di sana. Ngomong-ngomong di mana Luna?

“Tapi itu bukan berarti bisa langsung pulang setelah sadar. Untuk berjaga-jaga dokter sedang memeriksa apakah kau terkena infeksi atau tidak. Setidaknya dua hari kedepan kau masih harus di sini.” Jelas ibuku.

“Begitu ya, tapi… kakiku juga masih kaku. Mungkin ada baiknya mengikuti perkataan dokter.” Kataku. Apa benar hanya tiga hari?

Kata ibu aku pingsan selama enam jam. Benarkah ini termasuk kategori pingsan dan bukannya koma? Tapi jika dibandingkan memang enam jam terasa sebentar dibandingkan dengan orang yang koma hingga tahunan.

Sampai jarum jam menunjuk ke angka 10 aku sama sekali tidak melihat batang hidung Luna. Aku juga tidak menanyakannya pada ayah ibu. Tidak sempat. Atau lupa.

Aku percaya diri jadi ku-suruh ayah dan ibu untuk pulang ke rumah. Mereka bisa mengurus Luna jika di rumah. Lagian aku sudah mendingan.

Jika ingin membahas ruangan yang kutempati, aku hanya sendiri. Apa aku di kelas VIP? Atau kelas 1? Mungkin itu menjelaskan kenapa hanya tiga hari. aku tidak terlalu tahu menahu tentang ini.

Bukan maksudku ingin berlama-lama di rumah sakit, tapi dari mana ayahku punya uang sebanyak itu.

Lihat selengkapnya