A STORY LOVE AND DUTY

Soelistiyani
Chapter #2

KETIKA KITA MENGENAL DIA

Wednesday morning, on September 1998.

Hari yang cerah, secerah langit kota Lumpia di peraduan para pencari ilmu, demikianlah pergumulan para gadis (Cecile dan ketiga sahabatnya) dalam menapaki hari-harinya di sebuah Sekolah Menengah Atas Negeri di kota itu.

Waktu menunjuk pukul 06.20 menit. Cecile telah menunggu Reyna sejak 10 menit yang lalu di halte bus untuk berangkat bersama, secara rumah mereka yang memang cukup dekat.

Lima belas menit berlalu, dan Reyna pun belum muncul juga dari arah gang yang bersebelahan dengan gang rumahnya.

"Ya udahlah ... aku berangkat duluan aja. Mungkin Reyna dianter oleh ayahnya," pikir Cecile memutuskan berangkat lebih dulu naik angkutan umum.

Sesampainya di sekolah, seperti biasa ia di sambut oleh siulan cowok usil yang selalu menggodanya. Ia pun terus berjalan lurus seraya tertunduk menuju kelas III Bahasa yang berada di paling ujung.

"Uuhh ... rasanya nggak sanggup jika tiap hari begini," keluhnya.

Begitu sampai di kelas, ia meletakkan tasnya dan memandang bangku Reyna yang masih kosong. Lantas melirik jam tangannya, dimana waktu sudah menunjuk pukul 06.50 menit. Tak biasanya Reyna datang saat bel masuk hampir berbunyi.

"Apa mungkin ia tidak hadir ke sekolah hari ini? kenapa ya?" tanya Cecile dalam hati.

Tak lama kemudian, muncullah Reyna dari balik pintu kelas bersamaan dengan bel masuk kelas yang berbunyi kencang.

TTTHHEEEETTT ....

Melihat kehadiran sahabatnya itu, Cecile langsung lega, setidaknya tidak ada khabar buruk, karena terkadang Reyna tak masuk sekolah karena sedang sakit.

Tanpa memberitahu alasannya datang terlambat, Reyna pun langsung meletakkan tas nya dan segera ia duduk di samping Cecile.

Pagi itu, Reyna datang ke sekolah dengan wajah berseri-seri. Cecile yang duduk di sebelahnya sedikit heran dengan raut muka Reyna yang tampak sedikit rapi. Tak seperti biasanya yang tampak cuek dan tomboy.

"Ceria amat? Setahuku, ulang tahunmu masih tiga bulan lagi?" tanya Cecile penasaran.

Reyna tak menjawab, sambil terus tersenyum penuh teka-teki.

"Kenapa sih? bagi donk, bahagia sekali kenapa mbakyu?"

Belum juga terjawab rasa penasaran Cecile, masuklah guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Riuhnya kelas yang cuma dihuni 18 siswa itupun seketika hening. Hingga .... 2 jam berlalu.

Bel istirahat berbunyi ...

Tak sabar Reyna menceritakan khabar gembiranya kepada ketiga sahabatnya. Di taman sekolah, Reyna mengatakan bahwa ia baru saja menyandang status pacar seorang Provost AD.

"Seriuuss ... ?!" jawab teman-temannya kompak.

Dengan malu-malu, Reyna mengangguk.

"Hhmmm ... congrats ya Reyn, aku ikut bahagia," ucap Cecile sambil peluk Reyna.

"Beneran, surprise banget. Soalnya dari kemarin tuh kamu nggak pernah cerita suka dan dekat dengan siapa. Eh, tau-tau jadian," kata Adita.

"Ketemu dimana koq bisa secepat itu jadian, udah kenal betul belum ?" tanya Winda.

"Tenang aja, ayahku udah kenal lama sama dia, orangnya baik koq, dewasa gitu. Nggak tau kenapa aku langsung cocok, setelah dikenalin sama ayahku. Doain aja ya, teman ... Aku berjodoh dengannya. Pokoknya, aku janji akan kenalin dia sama kalian."

"Trus, tadi pagi kenapa datang terlambat?" tanya Cecile.

"Ohh iya, tadi pagi ... itu karena bang SURYA janji mau nganterin ke sekolah," jawab Reyna sambil tersipu malu.

"Ooo ... namanya Suryaaa??" sahut Winda dan Adita kompak.

"Ohh ... begitu ya, kirain kenapa-napa, sekali lagi selamat ya Reyn," ucap Cecile sambil tersenyum bahagia. Reyna pun terlihat bahagia sekali. Semuanya tersenyum bahagia melihat salah satu dari mereka bahagia.

"O iya, mana nih traktirannya? Katanya yang punya pacar duluan akan ditraktir selama seminggu?" tanya Reyna.

"Ya, buktiin dulu donk ... Kan belum terbukti bener enggak nya. Caranya, kamu harus kenalin dulu sama kita-kita. Baru tuh ya, bisa dicairkan voucher traktirannya," jawab Adita.

"Bener tuh," tambah Winda.

"Macam bantuan aja, dicairkan. Okey ... siapa takut, kalian pasti aku kenalin. Coming soon pokoknya, tunggu aja !!"

"Kalian nih ya," tawa Cecile lembut.


***


Seminggu berlalu ....

Di suatu sore yang cerah, ditempat yang tak terlalu indah. Hanya di pelataran sebuah bengkel milik teman Reyna. Reyna mengajak ketemuan ketiga sahabatnya ditempat itu.

Lihat selengkapnya