Cinta baru saja di mulai. Asmara yang baru saja tertanam di hati mereka, lambat laun makin tumbuh subur.
Seperti tak ingin memusingkan dengan urusan Adita, Cecile pun juga ingin merasakan indahnya jatuh cinta. Hasrat berkasih seakan tak mau terkalahkan. Rindu yang tak cuma mampir di angannya, tetapi sudah merasuk di relung jiwanya.
Kekuatan cinta Hervino pun juga seakan menjadi pupuk. Tak pernah ia mencintai wanita seserius ini sebelumnya. Bagi keduanya, ini adalah Cinta Pertama mereka.
***
Vino tak pernah absen menemui Cecile setiap akhir pekan. Cecile menemukan kenyamanan saat bersama Vino. Pergi jalan berdua, berboncengan, saling canda, semuanya adalah moment yang pertama kali Cecile rasakan.
Suatu hari, mereka berdua pergi keluar bersama sepasang kekasih, Reyna dan Surya. Mereka berempat memutuskan untuk berjalan-jalan ke kebun durian, buah favorit Surya.
Bahkan, saat Reyna dan Surya memilih dan menawar durian, Vino dari tadi hanya diam saja duduk di atas motor, sambil terus memandangi Cecile. Bahkan ia menolak saat Cecile memberinya sebiji durian.
"Mungkin, aku lebih manis dari durian kali ya?" pikir Cecile sedikit naif.
Melihat sikap tak biasa Vino, Cecile jadi agak bingung. Vino tak mengucapkan satu katapun sejak tadi. Hanya terdiam sambil terus menatap dirinya. Entah apa yang sedang dipikirkannya saat itu.
"Kita pulang duluan aja ya!" kata Vino mendadak.
"Mas sakit?" tanya Cecile sedikit bingung.
"Nggak, aku nggak sakit."
"Oke, oke kita pulang!" jawab Cecile sambil membonceng motor Vino.
Reyna dan Surya pun terheran sama sikap Vino dari tadi. Akhirnya, mereka pun ikutan meninggalkan lokasi gegara sikap Vino yang aneh siang itu.
Vino sengaja mengendarai motor lebih cepat dari Surya, agar bisa sampai terlebih dulu di rumah Reyna. Di sepanjang perjalanan, ia tetap diam membisu melajukan motornya sedikit ngebut membuat Cecile tak sengaja melingkarkan kedua tangannya pada perut Vino.
Dan benar ... mereka sampai lebih dulu dirumah Reyna yang kala itu sedang sepi karena orang tua Reyna sedang berjualan di warung. Seolah tak ingin menyia-nyiakan waktu untuk berdua saja, khawatir Reyna dan Surya akan segera tiba.
"Duduklah sini!" Vino mengajak Cecile duduk di teras rumah Reyna. Tanpa berpikir lama-lama, Cecile pun langsung duduk di samping kiri Vino sambil menghela napas panjang karena lelah perjalanan.
Di keheningan siang itu, hanya terik yang menerobos diantara dedaunan pohon palem. Dan gemericik kolam yang dipenuhi ikan koi kesayangan Reyna. Menjadi saksi kedaulatan cinta mereka.
Tanpa sepatah katapun, tiba-tiba ....Vino mencuri pipi kanan Cecile tanpa meminta izin, sambil berbisik, "I love you."
Cecile yang sedang menghadap depan, langsung dibuat terkejut oleh tindakan Vino yang tak diduga. Dan ia pun menoleh ke kanan secara refleks. Wajah Vino yang masih berada di samping pipi Cecile spontan berhadapan. Dan sekali lagi ....Vino mencium bibir Cecile dalam sekejab.
Keduanya terjebak dalam situasi canggung dan malu. Jantung Cecile berdegub kencang. Vino pun salah tingkah tak karuan. Dan langsung buru-buru berpamitan, seolah tak mengharapkan balasan.
"Ehhm ... aku pulang dulu ya, sampai ketemu lagi!"
Vino pun berlalu secepat kilat seperti pencuri dan meninggalkan Cecile yang masih terduduk kaku karena syok. Sambil terus menatap dan tersenyum hingga wajahnya berlalu dari hadapan Cecile.
Cecile masih merasa tak percaya, rasanya seperti melayang-layang di negeri awan. Sesaat terdiam menikmati tiap hentakan jantung yang berdetak cepat. Suhu tubuh yang mulai naik membawa peluh yang menetes pelan. Dan baru tersadar bahwa barusan Vino telah menembaknya.
Tak begitu lama, Reyna dan Surya pun tiba dan mendapati Cecile yang sedang duduk sendiri.
"Vino kemana Cie, koq kamu sendirian?" tanya Reyna sedikit bingung.
"Ehmm ... Vino udah pulang. Ya, ia tadi sakit perut jadi buru-buru pulang," jawab Cecile sambil menahan senyumnya teringat yang baru saja terjadi. Kemudian, Reyna pun mengantarnya pulang.
Hingga malam menjelang, saat ia hendak membaringkan tubuhnya di tempat tidur, ia selalu teringat ciuman singkat yang cuma berdurasi satu detik itu.
"Ehhmm .... begini ternyata rasanya jatuh cinta. Seluruh pikiranku dipenuhi wajahnya, suaranya, senyumannya, juga tatapan matanya. Semua serba indah bagiku," ucap Cecile dalam hati.
"I love you, too." (sambil memeluk guling)