Terkadang, saat termenung ... pernah ia berbicara dalam hati.
"Seandainya saja, mas datang kesini barang sebentar saja ... ingin rasanya aku bercerita banyak hal."
"Dan bagaimana khabarnya ia sekarang, mengapa tak sekalipun mengirim surat padaku. Mungkinkah ia sudah benar-benar melupakanku dan bertemu dengan yang baru disana."
"Dia laki-laki ... pastilah ingin punya kekasih yang dekat dengannya. Apalah gunanya berpacaran, jika tak pernah saling temu. Tak bisa memandang, berbicara dan mengekspresikan berbagai rasa yang ada."
"Ya sudahlah, mungkin memang ia tercipta bukan untukku."
Tahun demi tahun berlalu hingga mengantarkan Cecile pada hari dimana ia telah menyelesaikan kuliahnya dan harus di wisuda. Waktu begitu cepat berlalu namun menjadi tahun terberat dalam hidupnya, karena harus berhadapan dengan rasa rindu yang datang setiap saat.
***
Tahun 2002
Cecile kini telah berusia 22 tahun. Ia bermetamorfose menjadi wanita dewasa yang cantik, cerdas, berprestasi dan lemah lembut. Sungguh idaman semua pria. Meskipun banyak mata lelaki meliriknya namun masih tetap sama, ia wanita yang dingin terhadap lawan jenis.
Siang itu, di beberapa area kampus terpampang pengumuman nama mahasiswa-mahasiswi yang diterima bekerja di beberapa hotel, cafe, dan tour pariwisata.
Nama Cecile terlihat masuk di daftar sebuah hotel besar yang baru saja opening, bersama sejumlah teman seangkatannya. Ia pun tersenyum gembira, merasa senang bisa bekerja di sebuah hotel yang cukup keren itu, meski lokasinya yang lumayan jauh dari rumahnya.
"Selamat ya beb!" ucap Reyna disampingnya yang juga ikut mencari keberadaan namanya di pengumuman itu.
"Tapi ... tapi Reyn, mengapa namamu nggak ada? Coba kita lihat di daftar yang lainnya."
Setelah dilihat di semua daftar, tetap tidak ada nama Reyna disana.
"Yaah ... Reyn, kenapa namamu nggak ada di semua daftar?
"Sudah kuduga Cie, tiap tes perekrutan jawabanku amburadul. Karena semua tes memakai bahasa Inggris, sedangkan kamu tau sendiri kan, bahasa Inggrisku payah!"
"Yaah, aku ikut sedih Reyn ..."
"Nggak apa-apa Cie, mungkin belum rezeki ku," ucap Reyna santai.
"Hai Ces, selamat ya kamu diterima di hotel GRAND HOUVER yang keren dan mewah itu!" ucap Asep yang tiba-tiba datang di belakangnya.
"Ohh ... makasih Sep, kamu sendiri di terima di mana?" tanya Cecile.
"Kamu belum tau ya? Kita kan sebentar lagi jadi partner kerja," jawab Asep.
"Kamu di terima juga di Grand Houver? Selamat juga ya Sep!"
"Ho oh ... kan sudah kubilang, aku ini kan 'your guardian' jadi kemanapun kamu melangkah, aku siap melindungimu kapan saja, ASEP gitu lhoh. Hahaha!"
Cecile pun ikut tertawa senang.
"Iya Sep, kamu menggantikan aku jadi bodyguardnya Cecile," ucap Reyna sedih.
"Lhah ... kamu nggak bareng Cecile lagi? Lalu keterima di mana?" tanya Asep pada Reyna.
Reyna menggeleng, "aku nggak diterima di manapun Sep."
"Koq bisa??
"Reyna tak lolos semua test karena semuanya memakai bahasa Inggris," jawab Cecile pelan.
"Trus kalo nggak bisa bahasa Inggris kenapa masuk kuliah di sini? Berarti anda salah jurusan!"
"Enak aja salah jurusan, memangnya naik angkot!" jawab Reyna sewot.
"Hehehe, becanda sist, by the way aku juga ikut sedih lho! Mungkin kamu cocoknya jadi pengusaha aja Reyn."
"Nggak apa-apa Pren, santai aja. Mungkin juga ya!" jawab Reyna sembari tertawa ringan.