A STORY LOVE AND DUTY

Soelistiyani
Chapter #9

SEPENGGAL CERITA DARI LAMPUNG

Sang Esa telah merangkaikan kisah hidup masing-masing umatNya dengan berbagai rupa.

Ada kelahiran, ada pula kematian. Ada bahagia, ada juga derita. Dan setiap perjumpaan pasti ada perpisahan.


(Flashback ke tahun 1998)

Tak pernah mengira sebelumnya, asa dan cita yang ia pupuk sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar, setiap kali orang bertanya, "Apa cita-citamu kelak kalau sudah besar?" Selalu ia jawab, "Kalau sudah besar aku mau jadi TENTARA!" Ternyata terwujud berkat ketekunannya dalam menempuh pendidikan formal dan tentunya dukungan moral dan finansial dari orang tua.

Pria asal Surabaya itu, baru saja pindah ke Semarang tahun lalu untuk melanjutkan pendidikan terbang Angkatan Darat di Pusat Pendidikan.

Dengan berbekal semangat empat lima, Hervino pun mengikuti instruksi atasan, kemanapun ia di perintahkan.

Di kota ini, ada sosok yang mendukungnya dan mengajarinya banyak hal. Ia lah Surya, seorang anggota berpangkat Provost, yang lebih dulu bertugas di Semarang. Sekaligus menjadi 'kakak' bagi Hervino.

Selain Surya, adapula Dani. Seorang berpangkat Prajurit Dua sama seperti Vino yang telah menjadi sahabatnya sejak mereka sama-sama merasakan suka duka berkepala plontos, panasnya terik yang membakar dan gertakan para senior saat masa pendidikan. Menjadi titik awal karirnya di kemiliteran.

Sukacita berkawan dengan prajurit lainnya di barak menambah api semangat muda yang membara. Dan ia pun tak pernah mengira, kedatangannya di kota ini juga membawanya pada cinta sejatinya.


***


Sebuah pertemuan tak terduga sore itu. Awalnya, ia hanya diajak oleh bang Surya untuk diperkenalkan pada Reyna, pacarnya. Ia hanya menurut saja, bahkan ia sendiri tak tahu jika ternyata ada 'tiga bidadari jomblo' di sana.

Mata tak pernah meminta izin pada hati. Begitupula, hati tak pernah menyalahkan mata yang lebih dulu bertindak. Namun keduanya mampu menjatuhkan seorang Hervino pada pesona Cecilia.

'Diam itu emas', rupanya slogan itu yang membuat Vino terpikat pada sikap diam Cecile, yang justru menjadikannya terlihat istimewa di mata Vino. Selain parasnya yang memang sangat mencuri.

Bak 'gayung bersambut', rupanya Cecile pun mempersilahkan Vino masuk dan merajai hatinya.

Namun sayang, kisah cinta dua sejoli yang masih sama-sama menempuh pendidikan di bidang yang berbeda itu, harus berakhir dengan kepedihan. Sama-sama tak bisa meraih tangan satu sama lain meski cinta mereka kuat.

Saat Cecile lulus SMA tahun 1999, Vino pun juga telah menyelesaikan pendidikan terbangnya di Pusdik di waktu yang sama. Namun selesainya pendidikan mereka berdua sekaligus juga mengakhiri kisah kasih mereka.

Teruntuk Vino, selesainya pendidikannya juga mengantarkan dia pada takdirnya, bahwasanya ia harus menjalani seluruh sisa hidupnya di Lampung. Meninggalkan separuh hati yang terlanjur ia titipkan pada Cecile, gadis Semarang itu.

Bersama rekan seangkatannya yang sama-sama telah menyelesaikan pendidikan di Pusdik, juga ikut ditugaskan di sana. Sayangnya, ia harus berpisah dengan Dani. Awalnya Dani juga ikut dipindah tugaskan, namun karena ia akan bertunangan dan menikah, jadi batal pindah dan tetap berada di Semarang.


Way Tuba, Lampung, 1999.

Sebuah desa yang masih 'suci' belum terjamah oleh pembangunan. Belum ada aliran listrik yang masuk, hanya lampu teplok yang tergantung di setiap rumah.

Warga di sana sudah terbiasa menjalani hidup apa adanya, tanpa adanya sarana komunikasi dan hiburan seperti televisi, radio, telepon apalagi. Bahkan sarana pendidikan pun jauh dari kata layak.

Barak tempat Hervino tinggal berjarak 10 km dari tempat kerjanya di landasan udara. Dan harus menempuhnya dengan berjalan kaki karena medan yang memang cukup sulit.

Keadaan yang memang tak pernah di inginkan oleh siapapun, apalagi pendatang seperti Vino. Namun karena sudah menjadi tugas dan kewajibannya yang harus diembannya sejak ia memutuskan menjadi tentara selepas lulus SMA, ia pun menjalaninya dengan ikhlas.

Lihat selengkapnya