"Roses are red and skies are blue."
Kata-kata itulah yang mungkin sering di dengar oleh kebanyakan orang. Namun bunga mawar tidak hanya memiliki satu warna saja. Terdapat warna-warna cantik lainnya yang mempunyai makna tersendiri. Jika hati manusia seperti setangkai mawar, warna apakah hati kalian?
Hidup dalam rumah besar yang membosankan ini, satu-satunya hal yang membuatku memiliki sesuatu untuk dilakukan adalah kebun mawarku, yang berada di taman belakang, dan di tengah-tengahnya terdapat sebuah kolam ikan koi berukuran sedang.
Bermacam-macam warna bunga mawar aku tumbuhkan di kebun yang luas ini.
Kenapa aku begitu menyukai bunga mawar?
Karena kebetulan sekali nama yang diberikan kepadaku adalah Rosie Joceline Aldridge, bungsu dari tiga bersaudara, putri dari Lord Aldridge, Lord of Whitwall. Namanya akan terdengar aneh bagi orang yang berdarah bangsawan sepertiku.
Papa sudah 10 tahun menduda setelah kehilangan mama, tepat di hari dimana aku dilahirkan. Aku memiliki dua kakak laki-laki. Johnatan Aldridge, putra pertama dan sang pewaris, sekarang dia sedang berada di militer. Sedangkan putra ke dua, George Aldridge, yang usianya 5 tahun lebih tua dariku sedang berada di asrama sekolah di daerah Utara. George bukan pewaris, jadi dia harus berusaha keras dengan kekuatannya sendiri untuk mengatur kehidupannya nanti.
Ada satu alasan lain aku suka berada di kebun mawarku, yaitu sang penjaga kebun, Frans Jail, putra Mr. Dan Mrs. Jail si pengurus rumah yang sudah sedari kecil tinggal di sini. Usianya 13 tahun lebih tua dariku. Aku tumbuh mengenalnya, dan juga ada perasaan lainnya tumbuh di dalam hatiku.
Namun aku hanya seorang gadis kecil, meskipun aku tidak bisa menyangkal bahwa sudah beribu kali aku membayangkan kehidupan pernikahan bersama dengan Frans. Perawakannya yang tinggi, berkulit cokelat, bahu yang lebar dan tangan-tangan kuat dan berotot itu selalu terbayang di dalam benakku. Bagaimanakah rasanya ketika tangan-tangan itu mendekapku? Akankah aku hancur saking rapuhnya tubuhku, ataukah tangan-tangan itu akan terasa sangat hangat dan sangat lembut dan akan memperlakukanku seperti seorang putri?
"Frans, bisa kau ambilkan pupuk untukku? Kurasa bunga-bunga ini membutuhkannya. Mereka terlihat sedikit layu, bukankah begitu?" Perintahku pada Frans yang sedang memotongi rumput liar yang tumbuh di sekitar kebun.
Ia segera mendongak dan menghentikan pekerjaannya lalu membalas, "Ya, Milady. Hamba rasa mereka butuh itu. Akan segera hamba ambilkan pupuknya dari dalam gudang." Lalu ia berdiri dan berjalan menuju gudang kecil tempat kami menyimpan peralatan-peralatan berkebun.
Tak lama kemudian Frans kembali dengan seember pupuk ditangannya. "Biar hamba saja yang lakukan, Milady. Tangan anda tidak boleh kotor, setidaknya tidak hari ini."
"Ah, kau benar. Maaf, aku mengandalkanmu."
Dengan sigap Frans menaburkan pupuk itu.
Dia benar. Hari ini aku tidak boleh terlihat kotor, atau Papa akan marah kepadaku. Gaun-gaun sudah dipesan minggu lalu, dan kemarin gaun itu tiba di rumah kami. Gaun cantik yang akan ku kenakan di sebuah acara penting hari ini.
Sebuah lamaran datang untukku beberapa minggu yang lalu, dari putra tertua Lord Bassil, sang pewaris gelar Viscount selanjutnya. Dia adalah teman Johnatan.
Kami pernah bertemu beberapa kali sebelumnya, ketika dia berkunjung kemari bersama dengan Johnatan saat mereka mendapatkan hari libur dari militer setelah beberapa perang yang mereka lalui.