A Story of That Time

Ersi Safitri
Chapter #2

Bab Dua

Aku tidak pernah percaya dengan konsep time travel atau perjalanan antar waktu. Tidak sampai aku merasakan hal ini sendiri.

Saat itu aku hendak melakukan percobaan bunuh diri, dengan melompat dari atas gedung 5 lantai.

Seharusnya aku mati.

Aku ingat rasa sakit yang menyebar di tubuhku dan semuanya menjadi gelap.

Aku pikir aku sudah benar-benar mati saat kurasakan tanah dingin yang menyentuh kulit. Namun aku salah.

"Milady!" teriak seseorang dari kejauhan, berlari menghampiriku. Bisa kurasakan tubuhku yang digoyang-goyangkan dengan keras, membuatku mau tidak mau membuka mataku dengan paksa.

Cahaya langit sore yang kejinggaan menyinari mataku, membuatku menyipit beberapa saat.

'Dimana aku?' tanyaku pada diri sendiri.

"Milady!! Syukurlah anda tidak apa-apa," ucap perempuan setengah baya yang mengenakan baju kuno seperti pada abad ke-19.

"Siapa kau?" tanyaku heran. Tentu saja aku terheran dibuatnya. Aku baru saja melakukan percobaan bunuh diri, dan ketika kubuka mataku aku berada di tempat asing seperti di dalam film.

Wanita itu tercengang dengan pertanyaanku, dengan tak percaya ia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

Beberapa orang lainnya keluar dari rumah besar yang dicat merah tua yang tak jauh dari tempatku berbaring saat ini.

"Ada apa, Penny?" tanya seorang pria, yang kemungkinan berusia 50 tahunan. Lalu wanita di sampingnya yang dari penampilannya terlihat seperti wanita yang berumur 40 tahun, juga ikut bertanya, "Kenapa Marie bisa tergeletak di sana? Kau tidak apa-apa sayangku?" tanya beliau khawatir. Mereka berdua mengenakan pakaian yang bisa dibilang mewah dibandingkan dengan wanita paruh baya di sampingku ini, atau orang-orang yang sedang berdiri di belakangnya yang membawa lap dan celemek putih kotor.

"Milord, mohon ampuni saya. Tadi saya pergi sebentar untuk menggantung cucian kering dan ketika saya kembali Lady Marie tidak berada di kamarnya, jadi saya sangat khawatir dan pergi mencarinya. Ketika saya keluar rumah, saya menemukan Lady Marie sudah tergeletak di tanah tak sadarkan diri," jelas wanita paruh baya itu mencoba menjelaskan.

"Bagaimana bisa kau ceroboh sekali Penny? Kau tahu sendiri kalau Marie mempunyai fisik yang lemah dan sering jatuh sakit."

"Maafkan saya, Milord," pinta wanita paruh baya itu sebelum melanjutkan. "Dengan sedih saya harus mengatakan ini, tapi sepertinya Lady Marie mengalami hilang ingatan, Milord."

"Mustahil!" seru sang lelaki tua itu.

"Saya juga ingin tidak percaya, tapi baru saja ketika Lady Marie melihat saya, beliau tidak mengenali saya, Milord."

Pasangan lelaki dan wanita itu menengok ke arahku.

Sang wanita bertanya, "Apa itu benar Marie? Kau tidak ingat siapa Penny?"

Aku menatap mereka bergantian dan menjawab, "Siapa Marie? Dan juga dimana ini? Siapa kalian?"

Sang wanita jatuh tak percaya dan air mata menggenang keluar dari sudut-sudut matanya. "Astaga Tuhan, apa kesalahan yang telah kulakukan sehingga anakku bukan hanya mempunyai fisik yang lemah tapi sekarang ia juga kehilangan ingatan?"

Wanita itu menangis tersedu-sedu, dan sang pria yang disebut Lord itu segera mendekap dan menenangkannya.

Lihat selengkapnya