A Straight Rain: A Story about Their Gathering in Tokyo

Anis Maryani
Chapter #20

19 || Pencarian

Ternyata mendapatkan taksi di Jepang tak sesulit yang Rena pikirkan. Bahkan si kendaraan yang dimaksud segera menampilan wujud padahal Rena baru menyebut namanya dalam hati. Meskipun masih di sekitaran stasiun, ia pikir taksi jarang beroperasi karena masyarakat di sini lebih menyukai berjalan kaki atau naik bus untuk melanjutkan perjalanan ke tempat lain.

"Tokyo Midtown," ujarnya setelah ditanyai sang sopir mengenai tujuan perjalanan. Pintu penumpang yang tiba-tiba terbuka secara otomatis membuatnya berjengit kaget. Sang sopir langsung meminta maaf banyak-banyak lantaran lupa memberi peringatan. Ia merasa sangat bersalah sampai-sampai membantu Rena masuk ke dalam taksi seperti memerlakukan nenek tua renta. Kelvin yang melihatnya hanya mampu menggeleng sambil mengitari taksi dan masuk dari sisinya yang lain.

Hanya ada sedikit interaksi dalam kendaraan yang kini melintasi malam di tengah kota itu. Sesekali sang sopir memulai percakapan. Ia cukup fasih berbahasa Inggris. Tak sampai setengah jam kemudian taksi yang mereka tumpangi berbelok memasuki kompleks perbelanjaan di Roppongi, Distrik Minato. Mereka disambut oleh dua buah pilar berlapis kaca bertuliskan ‘Tokyo Midtown’ pada masing-masing permukaannya dengan posisi vertikal.

Dari jendela taksi, Rena mengamati sekeliling tempat itu, terkesima. Tokyo Midtown, ternyata adalah kompleks perbelanjaan yang sangat luas dan sangat elegan. Seluruh permukaan bangunannya dilapisi kaca dan penampakannya persis apartemen. Keberadaan banyaknya kursi yang memenuhi teras luasnya serta pepohonan yang mengelilinya, juga taman kecil, membuat tempat ini juga memiliki kesan seperti kampus-kampus besar di Tokyo.

Bagian luarnya memang membuat Rena terkesan. Namun bagian dalamnya ... yah, tingkat kemewahannya mirip-miriplah dengan mall-mall megah di kota-kota besar Indonesia.

“Coba sekarang kita mau cari ke mana deh. Mallnya luas banget gini.” Rena membentangkan lengan sambil mengedarkan pandangan, mengekspresikan betapa luasnya tempat yang mereka datangi ini.

Kelvin tak acuh. Dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku, ia tetap berjalan tanpa memedulikan Rena. “Udah, jalan aja.”

Sikap bocah itu membuat Rena berdecak. Ia sedekapkan kedua lengan sambil misuh-misuh. Anak ini. Ngejawabnya gak bisa lebih manis dikit, apa?

“Lho, tunggu Kelvin!” Menyadari Kelvin sudah jauh di depannya, Rena pun berlari-lari kecil.

Tempat seperti apa yang dipilih seorang laki-laki jika ingin menyatakan cinta pada gadis yang disukai? Rena dan Kelvin sudah memikirkan ini, dan mereka yakin tempat yang Joe pilih adalah restoran berkonsep romantis khas Eropa. Joe bukanlah pemuda yang tahu tempat-tempat romantis, tapi restoran adalah tempat yang sudah menjadi rahasia umum digunakan untuk melampiaskan perasaan pada seseorang.

Lihat selengkapnya