A Straight Rain: A Story about Their Gathering in Tokyo

Anis Maryani
Chapter #25

24 || Pelancongan Malam

Setelah makan sore di penginapan, Rena segera berganti pakaian dengan potongan baju yang menurutnya terlihat lebih fashionable. Sudah direncanakan bahwa malam ini ia dan beberapa kawan akan pergi ke Harajuku, tempat yang dikenal sebagai ikon fashion di Jepang.

Perubahan suhu Tokyo semakin terasa kala langit menggelap. Untung saja penghangat tangan selalu siap di saku. Tubuh yang masih belum terbiasa dengan udara sedingin ini, membuat Rena satukan jaket rapat-rapat. Kendati demikian, segaris senyum terus membingkai sejak keluar dari Stasiun Harajuku.

Manik hitam miliknya berseri kala menyusuri sisi luar sepanjang jalur kereta di stasiun ini. Rasanya seperti surga bagi para penggemar kartun, karena banyak bertaburan billboard bergambar adegan dalam manga serta anime. Ini baru di stasiun. Bagaimana kalau sudah berada di titik kumpul para kawula muda nanti. Pasti akan ada banyak remaja berpakaian unik khas Harajuku, kumpulan cosplayer[15] lokal yang kece-kece, jajaran toko penjual merch yang melimpah ruah ... ah, Rena jadi sangat tidak sabar.

Lagi, para peri salju berdatangan menyapa bentala. Ketiba-tibaan turunnya ini menambah kebahagiaan tersendiri bagi Rena serta teman-teman yang saat ini bersamanya. Mereka menghentikan langkah, menengadahkan wajah serta kedua tangan. Masing-masing pasangan netra terpejam. Merasakan percampuran antara sensasi lembut dan dingin kala rintik menyentuhi kulit. Ini, adalah pertama kalinya mereka berada di antara hunjaman berwarna putih yang datang dari langit itu. Benar-benar pengalaman yang langka, jadi harus dinikmati sebaik mungkin.

***

Takeshita-dori sudah di depan mata. Katanya, ini titik kumpul para kawula muda, lokasi paling dicari di Harajuku. Tetapi, selama perjalanan menuju ke sana bahkan saat sudah menyinggahinya pun tak kunjung Rena temukan muda-mudi berpakaian unik nan aneh. Tak ada barang satu orang pun yang menonjolkan diri dengan ber-cosplay. Rena jadi agak-agak kecewa. Ekspektasi untuk berfoto bersama cosplayer di negara asalnya pun sirna sudah. Padahal ia sengaja menyiapkan pakaian paling oke-paling keren-paling necis demi berhadapan dengan para fashionista di Harajuku.

Mungkin, karena ini musim dingin, jadi segala fashion aneh bin unik itu ditiadakan dulu karena mantel super tebal sedang jadi primadona. Entahlah. Rena tidak mau memusingkannya. Rasa kecewa sebaiknya diumpatkan dulu di sudut hati karena lihat, tempat ini begitu mengagumkan. Banyak sekali pejalan kaki berlalu-lalang seperti berada di festival, banyak toko penjual kostum tokoh-tokoh anime, action figure, dan hal lainnya yang tak kalah menarik. Bagaimana bisa suasana hatinya memburuk di tempat seasyik ini.

Ia bersama teman-teman menghabiskan waktu sekitar dua jam untuk menjumpai toko demi toko. Masing-masing mereka hanya menenteng satu sampai tiga kantung belanjaan—belum termasuk camilan juga makanan berat—tapi hati mereka sangat puas dan senang.

Rombongan ini kembali menaiki kereta dari stasiun Harajuku pukul setengah sepuluh malam. Betapa nikmat ketika tubuh-tubuh letih itu direbahkan pada kursi kereta dengan bantalan yang super empuk. Mereka beruntung bisa mendapatkan kursi sebelum dipadati dengan penumpang lain.

Kedua mata Rena yang semula mengedar demi melihat keadaan seisi kereta, kini terfokus di satu arah. Tepat pada dua sosok arah diagonal dari posisi duduknya saat ini.

Dua orang itu adalah Kelvin dan Mila.

Mila nampak tertidur pulas, sementara di sebelahnya, Kelvin serius membaca buku.

Lihat selengkapnya