A Straight Rain: A Story about Their Gathering in Tokyo

Anis Maryani
Chapter #26

25 || Hangatan dalam Gigil

“Sumpah demi apa tadi kalian ke parade yang banyak cosplayer-nya? Terus kalian juga ikut nge-cosplay?!”

Rena membulatkan mata tidak percaya. Baru saja Mila bercerita bahwa ia dan Kelvin mengelilingi Harajuku hampir seharian. Begitu berada di jalan besar arah utara, mereka melihat kerumunan orang yang tak kalah ramainya dengan Takeshita-dori. Tak ayal lagi, sedang ada parade di sana. Yang menarik adalah seluruh pelakonnya menggunakan kostum tokoh anime. Dan lebih membuat iri lagi, disediakan pula tenda bagi siapa pun yang ingin mencoba jadi cosplayer, lengkap dengan kostum beserta make-up juga aksesorisnya.

“Tau nggak, yang nge-cosplay jadi Sasuke ganteng bangeett! Nggak cuma dia, banyak ikemen[16] pokoknya di sana.”

“Aaahh ...!” Rena mengguncang-guncang bahu Mila. Ia paling tidak bisa menahan diri jika sudah membicarakan ikemen cosplayer. Ia tidak tahu jika Mila ternyata penyuka anime juga. Jika ada teman sehobi begini, 'kan, jadi tidak segan-segan menunjukkan sifat aslinya, yang jika bukan dengan teman akrab atau teman sehobi, Rena tidak akan menunjukkannya.

“Duh, sayang banget tadi kita mandek di Takeshita-dori. Coba kalau mau jalan agak jauh lagi, pasti kita juga ngeliat para cosplayer ganteng.” Sasa merengut sambil terus mengemut lolipop yang gagangnya dipegang dan ditekan ke arah bawah.

“Yaaa yang penting puas belanja makanan plus barang-barang murah. Lagian kayak ngerti aja sama cosplayer-cosplayer gitu,” ejek Cila lengkap dengan seringai jahilnya.

“Weh, jangan buka kartu, dong!”

“Tau nih, ya. Si Sasa mah emang kekurangan stok cogan. Jadinya kepengen ngeliat cogan melulu.” Ninda turut menyahuti diselingi tawa yang berhasil membuat si objek gurauan naik pitam.

“Weeyy gelut sini gelut!”

Seluruh tenaga Sasa kerahkan demi menggelitiki kedua temannya itu di bagian perut serta leher—titik paling ampuh untuk menjatuhkan lawan. Berhubung sudah berada di depan penginapan, jadi Ninda dan Cila segera terbirit masuk ke dalam sebelum si penyerang melumpuhkan mereka. Sasa berteriak, berlari dengan kekuatan maksimal dengan lolipop tergenggam di tangan, tak mau meloloskan buronan begitu saja.

Kerjapan milik tiga anak pribumi lainnya mengiringi kepergian para perusuh itu. Mereka masih setia bergeming di depan penginapan.

Rena berbalik menghadap Mila. Sudut bibirnya tertarik. Meringis. “Sorry ya, Kak. Mereka emang suka begitu. Hehe.” Ia menggaruki sisi pelipis saking tak tahu harus bertingkah bagaimana.

“Yaa nggak apa-apalah. Aku justru senang kenal sama orang yang seru kayak mereka."

Rena masih menunjukkan peringisan untuk beberapa saat. Kemudian didekatkannya wajah ke telinga Mila. “Kak, bisa ngomong berduaan aja, nggak?” bisiknya seraya melirik Kelvin seolah memberi kode.

“Oh ....” Mila turut melirik anak yang sedari tadi hanya bungkam itu. “Vin, kamu ke kamar duluan, ya. Aku ada urusan sama Rena.”

Kelvin mendengus. Ia melipat kedua lengan di depan dada dan mengetuk-ngetukkan telapak kaki kirinya. Jika sudah begini, maka menandakan bahwa ia tidak mau disuruh-suruh.

Lihat selengkapnya