Dua puluh Februari, adalah tanggal yang istimewa bagi Kelvin karena pada tanggal itu ia mengawali kehidupan di dunia. Biasanya setiap tanggal dua puluh Februari, ibunya yang sibuk akan selalu meluangkan waktu untuk mengadakan pesta kecil-kecilan di rumah atau paling tidak, sekadar makan bersama di restoran mewah.
Tetapi tahun ini kebiasaan itu tidak akan terjadi. Kelvin jauh dari ibunya, jauh dari tanah air. Yang berarti, ia hanya akan melewatkan hari spesial itu bersama kakaknya dan Mila. Sang ibu sudah membekalinya dana untuk merayakan ulang tahun di Tokyo. Dana itu diberikan langsung padanya, Kelvin, bukan pada kakaknya. Ini berarti secara tidak langsung ia ditantang untuk membuat sendiri perayaan ulang tahun itu.
Kelvin pun tidak ingin menunggu kejutan dari orang lain—Johan atau Mila—datang padanya. Ia tidak mau banyak berharap. Sekarang ia sendiri yang akan menciptakan hari itu menjadi hari yang berbeda. Cepat-cepat ia mengambil ponsel, membuka aplikasi web, mencari tempat-tempat ikonik di Tokyo. Setelah ketemu, selanjutnya ia rencanakan apa-apa saja yang akan dilakukan di sana.
Persiapan terakhir adalah membuat kartu undangan. Ia melakukan ini sebagai formalitas dan agar terkesan mengadakan pesta yang cukup meriah. Dua lembar notebook ia robek, kemudian disatukan, lalu ia lipat. Tak lupa pula dihias menggunakan dua macam pensil warna yang kebetulan ia bawa.
Di bagian depan kartu-kartu undangan itu dituliskannya masing-masing nama lengkap Johan dan Mila: ‘Johanes Rosevelt’-‘Kamila Agista’. Sedangkan di bagian dalam kartu, ia sendiri menulis namanya sebagai ‘Kelvin Theo’, bukan ‘Theodore Calvain’. Ia merasa risih dengan nama depannya sendiri karena jika disatukan dengan nama belakang Johan, jadilah nama lengkap dari presiden ke-26 Amerika Serikat. Ibunya memang pernah bilang mengidolakan sosok Theodore Roosevelt. Kebetulan anak kedua dari keluarga ini laki-laki, jadi lengkaplah sudah.
Kelvin tidak membuat dua kartu undangan saja. Ia berencana membuat satu kartu lagi, untuk Rena. Kakak itu sudah baik padanya. Kakak itu mau menemaninya menghabiskan malam di Tokyo Midtown dan berhasil menekan kesedihannya saat itu. Ia juga belum mengucapkan terima kasih sama sekali. Jadi jika tidak mengundang Rena, ia akan merasa sangat bersalah.
Semua kartu telah selesai dibuat. Lengkap dengan kalimat persuasif, informasi waktu, serta tempat acara. Selanjutnya menyebarkan kartu ini. Yang pertama ia serahkan pada Joe, dan ia mengetahui informasi mengenai nomor kamar Rena dari kakaknya itu. Yang kedua ia serahkan pada Mila.
Aneh sekali. Saat Mila mengetahui bahwa Kelvin mengundang Rena, rona wajah gadis itu memudar. Tentu saja Kelvin tahu terjadi sesuatu di antara mereka berdua meski Mila menggeleng ketika Kelvin bertanya.
***