A Straight Rain: A Story about Their Gathering in Tokyo

Anis Maryani
Chapter #32

31 || Luapan Emosi

Pelan-pelan Izar angkat cangkir berisi kopi. Sebelum disesap, terbiasa ia nikmati dulu aroma yang menguar dari sana. Ia hirup asap segar nan menggoda. Perpaduan antara cokelat dan rempah-rempahnya begitu kuat, begitu menggelitik saraf pembau. Benar-benar mengingatkannya akan aroma kopi khas Sulawesi Selatan. Izar begitu menggemari kopi sejenis ini.

Setelah menyesapnya sekali, mengecap, merasakan sensasi kopi, ia menoleh ke samping, ke luar jendela. Panorama taman menyapa netranya. Warna hijau serta putih beradu di sejumlah titik. Kini suatu perasaan lain menelusupi batin. Tetiba teringat dengan Rena.

Apa kemarin gadis itu datang?

“Bang Izar.”

Panggilan itu membuatnya sontak menoleh. Lantas mendelik. Baru saja ia memikirkan gadis ini, tahu-tahu sudah hadir di depan mata.

“Boleh duduk di sini?” Nada suara itu teramat rendah terucap, bagai junior yang menghormati seniornya.

“Oh, iya, silakan,” sahut Izar seraya membetulkan posisi duduk.

Rena meletakkan nampan di atas meja. Ia tarik kursi yang tepat berhadapan dengan Izar. Untuk sesaat hanya ada kekikukan mengisi atmosfer di sekitar mereka, tanpa satu pun berminat memulai pembicaraan. Hingga kemudian, kerongkongan Rena memberikan ancang-ancang dengan berdeham.

“Bang, aku … pertama-tama aku mau minta maaf soal kejadian kemarin.” Dikatupkannya kedua telapak tangan di atas meja, menunduk. “Bukannya aku nggak mau ngangkat telepon atau ngebalas pesan dari Bang Izar. Masalahnya, sempat ada masalah di hp aku dan baru normal lagi pas aku udah sampai di tempat kita janjian," ujar Rena melirih. Raut sesal tergambar jelas pada wajah tirusnya.

Pengakuan itu membuat Izar bergumam dalam hati. Sekarang ia jadi merasa bersalah juga. Pasalnya, ia sempat menduga bahwa Rena sengaja mengulur-ulur waktu dan sengaja tidak mengangkat telepon darinya karena menganggap janji di antara mereka tidaklah penting, meski gadis itu pernah bilang bahwa Izar adalah idolanya. Entah itu juga benar atau tidak.

“Bang Izar, makasih udah ngajak aku ke sana, ke Taman Ueno. Karena gara-gara itu, aku jadi ingat semuanya.”

Lihat selengkapnya