A Straight Rain: A Story about Their Gathering in Tokyo

Anis Maryani
Chapter #38

37 || Terbawa dalam Kenangan

[Mungkin banyak hal di dunia ini yang membuat kita terpuruk. Bahkan berada dalam titik terendah. Tapi kau harus tahu, tidak semua orang menghakimimu, meski hanya 1% di antaranya yang mau membantumu untuk bangkit. Ia yang berada pada barisan minor ini adalah harta berharga. Aku tidak mau kalian menyesal kehilangan hal ini, seperti aku, yang terlambat menyadari setelah ia tiada.]

Fara menyudahi narasi terakhir dari novel "Di Ujung Batas Tilah." Saat ini ia bersama Rena sedang melakukan panggilan video, dan Rena meminta gadis itu untuk membaca bait paling akhir yang menurutnya teramat mengiris batin. Panggilan video ini berawal dari Fara yang katanya sangat ingin melihat kabar Rena sekembalinya dari Jepang. Ia juga memberitahu banyak tugas kuliah dengan deadline cepat, serta memberi banyak salinan materi kuliah. Kemudian, perbincangan ini merembet ke Gavin Eezar, ke karya yang paling akhir diterbitkan.

[Bener-bener ya, si Gavin Eezar ini. Gimana gue nggak jatuh cinta sama tulisannya.]

"Kalau sama orangnya?" Iseng Rena bertanya sambil tersenyum jahil. Ia pernah menunjukkan secara ekslusif rupa si penulis idola ini pada Fara, dengan izin sang empunya tentu saja. Saat itu Fara bilang Izar begitu berkharisma dan tampan. Auranya kuat meski hanya dari foto. Bahkan ia yang tomboi saja terkesima.

Fara bertingkah seolah sedang berpikir keras. [Jatuh cinta sih. Tapi ...]" Ia memberi Rena kerlingan jahil dan dengan alis yang terangkat, [kan udah ada yang punya.]

Rena mendengus. Mengulum senyum, menahan untuk tidak terkikik. Jika Fara berada di dekatnya dan sama-sama di kamar ini, sudah dipastikan Rena akan menimbuknya dengan bantal. "Tenang, tenang. Jangan cemburu gitu, dong. Gue kan udah nganggap dia kakak sendiri. Serius."

[Alah 'adek-kakak'an juga lama-lama jadian. Yang udah-udah kan gitu.]

Rena yang sedari tadi menahan tawa akhirnya terbahak juga. Ia merasa geli jika Fara terus meledekinya dengan Izar. Apalagi tingkah gadis itu seolah sudah berpengalaman dengan yang namanya percintaan. "Kayak ngerti aja lu!"

Di layar ponsel Rena, Fara mengernyit seraya bertopang dagu. [Kan gue yang lagi ngolok-ngolok elu. Tapi kok kayaknya lu yang ngeledekin gue, ya.]

Tawa Rena makin menjadi. Ia memegangi perut sambil mengetuk-ngetuk meja.

[Udah sono kerjain tugas lu, jangam ketawa mulu!]

Rena mengelap likuid yang keluar dari pelupuk matanya. Ini sering terjadi jika ia terbahak hebat atau dalam keadaan haru. "Iya, iya. Maap." Tawanya pun mereda. "Eh, omong-omong, ada yang cariin gue nggak selama gue di Jepang."

[Ada! Tugas-tugas dari dosen tuh yang numpuk.]

"Serius. Maksud gue, ada dosen, nggak, yang sekiranya masih ngabsen gue?"

Lihat selengkapnya