A Thousand Face A Million Wish

Anonymous Yoghurt
Chapter #2

2. Sirhan

"Den, sudah jam enam pagi. Den Sirhan hari ini jadi berangkat ke sekolah?"

Suara lembut Bi Sumi yang khas itu terdengar samar-samar di telinga, menyelisik ke alam mimpi hingga akhirnya berhasil membangunkan Sirhan dari lelap nyaman yang membuainya rapat.

Sirhan mengerjapkan mata sebelum membukanya lebar-lebar, menatap ke arah langit-langit kamarnya sambil berusaha mengembalikan kesadarannya sepenuhnya. Gemeresik di ujung ranjang membuat Sirhan menolehkan kepala ke arah sumber suara dan senyum langsung muncul di sudut bibirnya ketika melihat Bi Sumilah yang berdiri di sana.

Perempuan renta dengan gurat dalam yang digoreskan oleh laju usia di kulit wajahnya itu adalah Bi Sumi, pengasuh yang mengurus Sirhan sejak kecil. Bi Sumi sudah tua, mungkin usianya lebih dari enam puluh tahun. Beliau sudah ikut bekerja pada keluarga Pramoedya sejak sebelum Sirhan dilahirkan. Bi Sumi tidak pernah menikah seumur hidupnya dan tidak punya keluarga lain yang bisa menjadi tempatnya berpulang, karena itulah keluarga Pramoedya menganggap Bi Sumi sebagai bagian dari anggota keluarga mereka sendiri.

Bagi Sirhan pribadi, Bi Sumi adalah ibu kedua. Perempuan itu merupakan sosok yang mengurusnya dengan baik, dari semenjak dia dilahirkan hingga usianya yang sekarang telah beranjak remaja delapan belas tahun. Bi Sumi jugalah yang selalu ada dan menjadi pengganti saat kondisi ibunya membuat beliau tak mampu mendampingi Sirhan di masa lampau.

"Den Sirhan, ini sudah jam enam lebih. Kalau Den Sirhan tidak bergegas, nanti terlambat ke sekolah." Bi Sumi meletakkan nampan di tangannya ke atas nakas yang berada tepat di samping ranjang, lalu menatap Sirhan dengan khawatir. "Den Sirhan yakin mau berangkat ke sekolah? Tadi Ndoro kakung bilang kalau demam Aden belum turun, lebih baik Aden ndak ke sekolah dulu."

Sirhan memasang senyuman terbaiknya, lalu mengangkat bahu, menunjukkan bahwa dia tidak punya pilihan lain menyangkut keputusan yang satu itu.

"Aku harus masuk sekolah, Bi. Ada pertandingan basket hari ini melawan sekolah Taruna Kencana. Sekolah kami sudah memegang kemenangan dua tahun berturut-turut yang sangat membanggakan. Jangan sampai tahun ini rekor itu tumbang hanya gara-gara aku tak bisa datang bertanding." Sirhan menjawab sambil menyeringai lebar, ekspresinya mirip anak kecil yang sedang pamer dan berbangga diri kepada orang tuanya. "Begini-begini, aku ini kapten tim basket lho, Bi," sambungnya sambil terkekeh bangga.

Bi Sumi ikut tersenyum lebar melihat tingkah Sirhan yang kekanakan. Meskipun sehari-hari Sirhan selalu menampilkan sikap dewasa dan pendiam, tetapi di depannya Sirhan selalu melepas topengnya dan menjadi dirinya sendiri.

Kenyataan bahwa Sirhan bisa tersenyum ceria tentu melegakan Bi Sumi, mengingat kondisi Sirhan semalam yang sangat lemah karena demam. Pagi ini Sirhan memang tampak jauh lebih sehat dibandingkan sebelumnya, akan tetapi, tetap saja kecemasan masih melumuri bola mata Bi Sumi yang sudah memudar warnanya.

"Den, olahraga memang baik, tapi jangan sampai berlebihan dan memaksakan diri, apalagi sekarang kondisi Aden sedang tidak begitu sehat...."

Lihat selengkapnya