Sungguh, pilihan pertama akan dijauhi orang yang bersyukur dan berilmu. Ia hanya hidup sekadar hidup. Ia bekerja, tetapi kariernya tak jua bergerak, penghasilannya hanya naik mengikuti inflasi atau sedikit di atasnya. Bila ia berbisnis, skala bisnisnya tidak pernah berkembang sedikit pun.
Buya Hamka pernah berkata, “Kalau hidup hanya sekadar hidup, kera di rimba juga hidup. Kalau kerja hanya sekadar kerja, kerbau di sawah juga kerja.” Mungkin “sindiran” Buya Hamka ini cocok untuk orang di kelompok yang pertama.
Orang di pilihan kedua, karier, penghasilan, dan penghidupannya meningkat. Namun, ia hanya fokus pada dirinya sendiri (egosentris). Apabila bekerja, ia fokus pada pekerjaannya saja. Enggan mendukung atasan dengan total dan tulus. Dengan teman selevel, ia sulit diajak kerja sama dan saling mendukung. Sementara anggota tim tidak pernah diajak berkembang secara berkesinambungan. Falsafahnya, “Yang penting semua pekerjaan saya beres dan target tercapai. Peduli amat dengan pekerjaan orang lain.”
Apabila ia seorang pengusaha, ia hanya berburu keuntungan. Karyawan hanya dijadikan alat produksi, seperti robot. Boleh jadi bisnisnya terus maju, sementara karyawannya tak jua berkembang.
Dalam kehidupan rumah tangga, karier orang ini terus meroket, tetapi anak dan istri di rumah kurang mendapat perhatian. Bukan hanya itu, ia lupa mengembangkan keluarga. Ia hanya seperti mesin ATM, sementara anggota keluarganya, secara pikiran, mental, dan tindakan, tidak menunjukkan kemajuan. Bahkan boleh jadi, anggota keluarganya bukan hanya stagnan, tetapi justru terjerembap ke jurang kemaksiatan (narkoba, pergaulan bebas, dan lainlain).
Kondisi yang juga menyedihkan adalah orang lain move ON, sementara Anda stagnan. Saya sering menjumpai orang-orang yang terjangkiti penyakit “merasa senior”. Karena perasaan ini, akhirnya ia enggan berkembang. Mereka sudah merasa punya banyak pengalaman dan jam terbang sehingga enggan belajar. Padahal, masa kerja sama sekali tidak mencerminkan pengalaman dan jam terbang. Boleh jadi orang tersebut telah bekerja 15 tahun, tapi sesungguhnya pengalaman kerjanya hanya 1 tahun, 14 tahun sisanya hanya mengulang dan melakukan rutinitas.
Menurut saya, orang-orang yang berada pada pilihan 1, 2, dan 3 adalah orang-orang yang lonely. Karena mereka sibuk memikirkan diri sendiri, berinteraksi dengan orang lain menjadi transaksional atau seperlunya saja.