Lewat tengah malam, merupakan salah satu waktu yang paling mengesankan untuk menikmati jalanan Jakarta sambil berkendara santai. Lalu lintas yang tak padat, orang-orang yang tak terlalu ramai, lampu-lampu berjuta warna membanjiri jalanan, bahkan sampai menyebabkan langit ibukuta itu tercemar polusi cahaya. Maka Jakarta sangat tidak disarankan menjadi destinasi untuk mengamati objek instalasi jagat raya, lagipula benda-benda konstalasi semesta itu tak lebik menarik dari apa yang ditawarkan kemergelapan metropolitan Jakarta.
Sebuah mobil Honda Jazz putih keluaran terbaru tampak diantara lalu lintas jalanan jakarta yang tak terlalu padat itu. Setelah mengantar Ina, Arfa memilih mengintari jalanan malam Jakarta, sendirian. Music player mobilnya memutar lagu Urdu Afreen Afreen yang dinyanyikan dengan apik oleh sang legendaris Rahat Ali Fateh Khan yang berduet dengan penyanyi cantik asal Pakistan, Momina Muhtesan. Liriknya bertalu-talu didalam mobil yang di stel dengan volume sedang.
Aisa dekha Naheen, Khoob-soorat koyi
Jism jaise ajanta ki murat koyi
Jism jaise nigahoon pe jadoo koyi
Jism nagma koyi, Jism khushboo koi
Jism jaise mehakti hui chandni
Jism jaise machalti hui ragini
Jism jaise ke khilta hu ek chamaan
Jism jaise ke suraj ki pehli kiran
Jism tarsha hua dilkasho dilnashin
Sandli sandli, marmari marmari..
Soal selera musik, khususnya generasi milenial sekarang, yang secara mayoritas lebih menyukai musik barat, musik korea maupun musik lokal, penggemar musik bollywood adalah minoritas. Dan Arfa adalah minoritas di dalam minoritas itu sendiri sebab ia menyukai aliran musik etnik Urdu, satu genre klasik nan indah dalam belantikan musik Bollywood yang kaya raya. Nama-nama seperti Arijit Singh, Jubin Nautiyal, Nakash Aziz, Neha Kakkar, Sonu Sood dan Mohit Chauhan adalah nama-nama yang tak mungkin luput dalam playlist penggemar Bollywood, tapi dalam koleksi pribadi Arfa lebih banyak berisikan nama-nama seperti Atif Aslam, Shreya Ghosal, Shafqat Amanat Ali Khan, Adnan Sami, Javed Ali, Ustad Rashid Khan dan tentu sang maestro, Dileep Kumar, atau yang lebih kita kenal dengan nama Allah Rakha Rahman alias A. R. Rahman. Nama-nama itu lebih menemukan karakter seninya ketika membawakan genre etnik.
Sejatinya, Arfa sangat menggemari genre musik etnik dari tanah kelahirannya, Aceh. Namun, diantara penyanyi Aceh yang tak banyak, sangat sedikit para seniman Tanah Rencong itu yang memilih etnik sebagai identitas genre musiknya. Dan diantara pilihan yang tak banyak itu, rata-rata musiknya monoton, begitu-begitu saja, padahal keindahan musik bergenre etnik terletak pada kreatifitas, improvisasi dan kematangan seniman itu sendiri. Kurangnya tawaran dalam belantika musik Serambi Mekkah itu tentu disebabkan oleh bisnis yang kejam, minat masyarakat yang rendah pada genre itu membuat para produser musik lebih suka menjiplak lagu-lagu hits Bollywood sebab pasar lebih suka mendengar lagu happy berlirik ringan, yang tak perlu banyak waktu untuk memahaminya. Sedang musik etnik adalah ras elegan, yang peminatnya tak terlalu banyak serta pangsa pasar yang tak menjanjikan.
Karena pilihan yang tak banyak itu, beralihlah Arfa ke musik Urdu, salah satu produsen terbaik di dunia dalam menciptakan genre musik etnik. Dan peralihan itu, bagi Arfa secara pribadi, berpendapat bahwa musik Urdu merupakan musik yang paling mendekati dengan kebudayaan Aceh. Meski bahasanya tak ia pahami, tapi cengkok penyanyinya, alunan penggiring musiknya : tabuhan tabla, dawai gitar mandolin serta seperangkat alat musik lain yang ia tak tahu namanya, para penyanyi latar, tepukan tangan mereka dan pesan-pesan yang dibawa dalam keindahan syair-syair liriknya terasa begitu akrab ditelinganya.
Senandung-senandung sufi itu, secara aneh, tak bisa dijelaskan, memiliki kekuatan magis melintasi dimensi. Setiap saat Arfa mendengarnya, tak peduli dimanapun ia berada, alunan itu mengajak Arfa berteleportasi, mengunjungungi tempat-tempat yang jauh, sepi dan tentram, ke rimba hutan, di pinggir pantai, di gurun sahara, namun acap kali alunan itu membawanya seakan berada di sebuah pelantaran mesjid di lembah Neelum. ikut bergabung dengan para jamaah perindu Tuhan sambil mengikuti senandung seorang Uztad di muka majelis yang bersyiar dengan menyanyi. Sebab itulah, Arfa jadi kecanduan dengan musik etnik Urdu. Tak semua genre musik memiliki daya magis seperti musik Urdu yang mampu mengajak pendengarnya melintasi dimensi. Dan tak semua orang beruntung, menemukan kedamaian dalam musiknya.
Salah satu favorit Lagu Arfa adalah senandung Afreen Afreen yang sedang menggema di mobil, terutama saat bagian Bridge yang dibawakan dengan sangat indah oleh Momina Muhtesan, bagian favoritnya di lagu ini.