A Trip to Your Wedding

Rahmatul Aulia
Chapter #9

Tak Manusiawi

“BUK! BUK! BUK!”

“RAZIA! RAZIA! Ada Razia! Semuanya cepat keluar! Satpol PP mau datang! Cepat! Cepat!”

Resepsionis losmen panik, ia berteriak lantang sambil berlarian menggedor-gedor setiap pintu kamar dengan keras dan kasar. Orang-orang keluar dengan panik, bahkan beberapa nyaris tak berpakaian. Mereka kian risau karena resepsionis terus berteriak. Mereka spontan berlari ke segala arah, karena takut dengan ancaman di tangkap Satpol PP. Zumi keluar dari kamar, menemui resepsionis yang kelelahan, nafasnya terengah-engah.

“Kenapa bang?” tanya Zumi padanya.

“Satpol PP mau razia bang. Cepat abang keluar sebelum mereka datang!” jawab resepsionis sambil mengatur nafasnya. Arfa lalu muncul, keluar dari kamar losmen. Ia jadi panik karena suasana panik.

“Kenapa Mi?” Tanya Arfa.

“Satpol PP mau ngerazia ni tempat!” jawab Zumi. Arfa merespon dengan matanya yang melebar.

“Serius? Dimana mereka?” Arfa menyapu pandangannya sampai ke ujung lorong losmen, ia memang melihat orang berlarian, tapi tak satupun dari mereka berseragam.

Lagi di jalan mau kesini. Legat[1] kak!!!” seru resepsionis, ia menarik tangan Zumi.

“Eh, bentar bang! tas kita ketinggalan di dalam kamar.” Zumi menahan geraknya.

“Cepat bang!” perintah resepsionis losmen. Zumi dan Arfa bergegas mengambil tas dan bawaan mereka. Lalu dengan cepat mereka keluar dari losmen mengikuti kerumunan orang-orang penyewa hotel yang hendak keluar.

Kerumunan yang panik bergegas ke kendaraan mereka. Para supir truk besar berlarian ke dalam hutan sebab memakan waktu lama bagi mereka untuk menghidupkan mesin raksasa yang telah dingin itu. Zumi dan Arfa segara naik mobil mereka. Tanpa berlama-lama, mereka langsung tancap gas ke jalan raya. Tak lama setelah mereka pergi, dari arah berlawanan, mobil Satpol PP tiba di parkiran losmen.

Zumi ngebut di jalan, ia takut sekali dipidana negara dengan delik mesum, apalagi dilihatnya Arfa tak berhenti memperhatikan arah belakang, semakin memantabkan hatinya untuk terus mengijak gas.

Setelah lima belas menit mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata, Zumi memakirkan jeep itu di pinggir jalan. Mereka melihat ke arah belakang, takut ada petugas yang mengejar mereka.

“Huh! hampir aja..” lengguh Zumi lega. Ia menyederkan bahunya pada kursi kemudi.

“Haaaah! Aduh! sumpah mi, Gila!” respon Arfa, ia sudah lega meski nafasnya masih terengah-engah.

“Iye Fa! kalau ketangkep, bisa dikawinin kita. Haha! Kan gak lucu!” sambung Zumi, ia tertawa membayangkan dirinya seperti berita-berita yang sering ia baca di media.

“Gak sampe dikawinin sih...” lirih Arfa, nafasnya masih terengah-engah..

“Hah?” tanya Zumi tak mengerti maksud Arfa.

“Kalo Satpol PP yang nangkep, palingan di bina, di ceramahin sama dikasi arahan gitu. Terus kalo misalnya lo ketemu yang petugas yang dari tampangnya aja keliatan nyari uang rokok, kasih aja cepek, udah kelar, gak diperpanjang masalah. Lo pasti tau lah kalau mereka adain razia biasanya buat cari tambah-tambah. Kalau warga kampung yang nangkep. Nah! itu baru berabe.” jelas Arfa. Saluran pernafasannya kini sudah mulai teratur.

“Maksudnya?” Zumi masih bingung dengan apa yang dibicarakan Arfa.

Lihat selengkapnya