Blurb
Prajna dan Sentanu adalah rasa sakit dengan obatnya.
Hari-hari menjadi mahasiswa baru membawa Prajna pada tekanan yang tidak pernah ia duga. Bagaimana ia pontang-panting menjalani kehidupan perkuliahan yang memberatkan, atau kegiatan kepanitiaan yang ia ikuti untuk melepas jenuh dengan kegiatan akademik yang justru menambah beban pikulan di bahunya, tidak lupa bagaimana susahnya mencari teman. Sentanu menemaninya menjalani itu semua. Namun, Prajna merasa kehilangan obatnya ketika jatuhnya Sentanu membuat lelaki menghilang dari kehidupannya. Prajna jadi merasa bahwa selamanya ia hanya berperan menjadi rasa sakit itu, bukan obat penyembuh bagi Sentanu. Ia merasa tidak berguna dan tidak dibutuhkan, membuatnya harus membatasi diri bahkan hanya untuk sekadar bertanya kabar setelah menemukan sosial media Sentanu yang selama ini tersembunyi.
Prajna dan Janardana adalah insan yang beresonansi.
Alam semesta mempertemukan mereka sebagai manusia yang satu visi, meski berbeda misi. Hari-hari baru membuat mereka mengenal lebih dalam lewat diskusi dan tanya jawab entah materi kuliah atau hal pribadi. Karena Janardana pula, Prajna akhirnya dapat memiliki orang-orang yang bisa ia sebut teman. Namun, ketika Prajna merasa keberadaan Janardana memberinya kenyamanan aneh yang tak bisa ia deskripsikan, ia harus menerima saat Janardana bilang, keberadaannya di sini hanya untuk sesaat.
Jika Tuhan hanya bisa mengabulkan satu doa Prajna, manakah yang akan ia minta kepada Tuhan? Mengembalikan Sentanu kepadanya atau menahan Janardana pergi dari sisinya?