Sosok itu tidaklah asing bagi anak berambut pirang tersebut. Mikha mengelap air matanya dengan asal dan langsung membukakan pintu.
"Kepala desa? Ada apa hujan-hujan begini? Ayo, silakan masuk."
Baju pria tua itu agak basah. Ia tidak mengira hujan akan turun secepat ini. Tapi syukurlah, ia langsung mendapatkan tempat berteduh. Ia berterima kasih pada anak lelaki manis itu. Mikha mempersilakannya duduk dan membawakannya handuk.
"Maaf, aku hanya punya segelas air. Minumlah dulu." Mikha menyuguhkan segelas air pada pria tua yang sedang mengeringkan janggutnya.
"Terima kasih, Nak," Kepala desa berkata sambil meneguk air dengan perlahan. Ia melihat kearah meja makan. Hanya ada roti sisa, air, dan foto keluarga. Mikha langsung menyambar foto tersebut dan menyembunyikannya di belakang punggungnya.
"Iniā¦" Mikha malu-malu. Ia tak mau kepala desa mengiranya anak yang cengeng.
Kepala desa tersenyum. "Kau pasti lapar hanya makan sepotong roti. Aku kemari membawakan buah-buahan untuk penduduk desa. Mungkin ada sedikit bagian yang busuk, tapi kau bisa memotongnya."
Mikha berterima kasih dan langsung memotong apel dari kepala desa. Memang ada bagian yang busuk, tapi tidak banyak. Ia memotong apel itu kecil-kecil agar bisa dimakan bersama selagi menunggu hujan reda.
***
"Sudah dua bulan ya. Robert dan Michelle adalah orang yang baik. Apa kau baik-baik saja tinggal sendirian seperti ini?" sambil melihat foto keluarga Mikha, kepala desa mengingat bagaimana keluarga kecil itu tampak sangat bahagia.