Aa Damkar love Eneng Pembuat Onar

Aerina No 7
Chapter #1

Chapter 1 - Panggilan Tugas

WI~WUU~ WI~WUU~!



Suara sirene dari sebuah dua mobil pemadam kebakaran meraung-raung, memperdengarkan suaranya yang terdengar melengking dan membuat bulu kuduk merinding.


Mobil pemadam itu membelah kemacetan lalu lintas melalui hak istimewa, berupa termasuk ke dalam salah satu dari tiga kendaraan prioritas paling mendesak yang wajib didahulukan.



“Minggir! Minggir! Pak! Awas!”



Salah seorang pemadam kebakaran yang duduk di dekat sopir mobil terdepan, memiliki pangkat berupa kepala regu (Ka Regu), dilihat dari lencana bintang tiga yang terdapat pada kolom di seragam bagian kanan kerahnya, … berteriak-teriak kencang sambil dibantu oleh pengeras suara.



“Bapak yang pakai motor Supra dan bajunya loreng-loreng, bisa minggir ke kiri sebentar Pak?!”



Ka Regu bertampang tegas, dengan rahangnya yang menonjol tajam dan urat-urat lehernya merentang itu, … sekali lagi, meminta para pengendara yang tak mengindahkan peringatan sirene darurat dari pemadam kebakaran, untuk segera menepi.



“Pak! Tolong kerja samanya untuk menyingkir sebentar Pak! Tolong Pak!”



Bukan hanya memperingati saja, ia juga sekalian mengisyaratkan sebelah tangannya kepada para pengendara yang sekali-kali menengok ke belakang, supaya mematuhi.



“Terima kasih Pak!”



Begitu jalanan menjadi kosong, memperkenankan tim pemadam kebakaran supaya bisa lewat dengan leluasa, sang Ka Regu tersebut pun tak lupa mengucapkan rasa hormat.



“Terima kasih ya!”




BRUSH!



Dia yang barusan setengah berdiri untuk melongok ke luar jendela dalam aksi memperingati, kini bisa kembali menempatkan diri tuk duduk dengan nyaman.  



“Bagaimana bos?” Tanya salah seorang anggotanya, yang berpangkat wakil Ka Regu sekaligus seorang tim penyelamat, namun, sedang menjalani tugas sebagai sopir, … sambil tersenyum lebar.



SET!



Sang Ka Regu, pemilik rambut dan mata berwarna hitam kelam, dan juga warna kulit yang memesona karena sangat eksotis, … lekas menyimpan pengeras suara, lalu beralih menarik sabuk pengaman tuk melingkari tubuhnya yang ideal.



Bentuk matanya tajam, hidungnya mancung, juga ada sari kecantikan berupa tahi lalat di bawah bibir sebelah kiri.


Dia pula memiliki prestasi yang signifikan, berupa dapat meraih pangkat seorang Ka Regu di usianya yang masih memasuki awal dua puluh tujuh tahun.



“Gas pol!” jawab sang Ka Regu tersebut, atas pertanyaan sang sopir tadi.



“Laksanakan, Sir~!”



WI~WUU~! WI~WUU~!



Dua mobil pemadam kebakaran semakin melaju dengan kencang, saling susul-menyusul.


Mereka mengejar waktu dan keselamatan bagi para penyelamat dan yang ingin diselamatkan, secepat dan seaman mungkin.



“Perhatian.”



Ka Regu mengeluarkan suara dengan sedikit lebih keras.


Dia berkehendak tuk memberi tahu empat orang anggota lain, … yakni dua anggota tim regu penyelamatnya yang duduk di bangku belakang, dan memberitahu dua lagi di mobil terpisah menggunakan radio komunikasi.



“Perhatian.”



Matanya yang berbentuk tajam dan menyorot dengan sinis, memandangi sisi jalanan yang mobil pemadam kebakaran lewati.



“Kita sudah mendekati titik kejadian. Semua anggota, harap bersiap-siap.”



GRRT~ GRRT!



“Kita menerima laporan, bahwa ada seorang gadis yang berniat melompatkan diri dari ketinggian.”



Sebetulnya, ini bukanlah kasus yang baru.



“Begitu kita sampai, Hanafi, Faras, dan juga Abeng, … kalian bertiga harus cepat-cepat membuka matras di tempat sekiranya si terduga kemungkinan akan jatuh.”



“Siap, Kak Revan!"



"Aku mengerti."



GRRT~! GRTT!



"Ay, ay, kapten!"


Lihat selengkapnya