Aa Damkar love Eneng Pembuat Onar

Aerina No 7
Chapter #2

Chapter 2 - Pertemuan Darurat

Ah, ini adalah hari yang indah.


Mendengarkan musik sembari menatap langit yang biru ini, benar-benar melenyapkan perasaan tertekan akibat tekanan kerja pada hari pertamanya di Aprilmart sewaktu kemarin ini, … lenyap seketika.



SYAKK~!



Embusan angin datang dengan halus, menerpa wajah ayu gadis yang tengah bersantai menikmati udara segar di bibir jendela ruang apartemen, … juga mengayunkan helai rambut sepanjang pinggangnya yang berwarna krim terang alami, supaya terseok-seok.



“Hm!”



Kulit putihnya itu terlihat tampak merona kemerahan, begitu lirik lagu yang ia dengarkan lewat earphone bluetooth, mulai meraih titik punch line.


Sepasang netra coklat kemerahan miliknya tampak menyorot ke sana kemari dengan malu-malu, mendengarkan lagu itu sendiri.



Sampai, ….



SRAKK!



… Manik yang dihiasi oleh indahnya lengkungan bulu mata yang lentik-lentik itu pun, spontan langsung menatap ke arah sesuatu yang mengeluarkan suara nyaring.


Sesuatu yang muncul dan melayang di udara.


Sesuatu yang merupakan, sepasang kaki besar berbalut boots yang kokoh, bercelana biru tua selaras dengan pakaiannya seperti sebuah seragam khusus, ….



“Huh?!



… Mengayun kencang dan mulai mengarah kepadanya secara cepat, menyusupkan masing-masing kakinya ke masing-masing bawah ketiak sang gadis itu secara lihai, seperti sudah terbiasa.



Sehingga, tak ada waktu yang cukup untuk menghindar.



“Ehh—hmphhh!”



Wajah berekspresi terkejut dari gadis itu beradu dengan sesuatu.


Sesuatu yang keras, dan terasa kotak-kotak.


Sampai-sampai, ia yang ingin berteriak karena terkejut juga merasa heran itu pun, tak dapat melakukannya karena bibirnya terbekap.



—BRUKK!



Kejadiannya berlangsung dalam sekejap mata.



“Huh? Ranjang? Kenapa ada ranjang disisi jendela seperti ini?”



Keduanya, entah itu si gadis yang sedang bersantai dengan damai tadi, atau pula seseorang yang sudah diketahui sebagai seorang pria—dilihat dari wajahnya yang tegas itu—yang tiba-tiba muncul dari langit, … saling tindih-menindih di atas ranjang sekarang.


Meski, yah, posisi pria itu agak ….



“…!”



Gadis yang mulai membuka matanya kembali untuk melihat situasi, setelah sebelumnya memejamkannya secara refleks, seketika langsung terbelalak.


Sepasang mata bolanya mendapati pria tersebut, setengah berdiri karena ia menggunakan kedua lutut yang masing-masing berada di impitan ketiak si gadis, … sebagai sebuah tumpuan.



“Y-ya ampun!”



Jadi, bisa dibayangkan dong, apa saja yang dilihatnya jika arah pandangnya berasal dari bawah?


Sehingga, tak ayal, itu membuat si gadis mengungkapkan keterkejutannya selagi melongo tidak percaya.



“L-luar biasa!”



Mungkin karena benturan wajahnya pada bagian tubuh pria ajaib yang muncul dari langit itu, atau karena sebuah pemikiran lain, … suatu cairan berwarna merah kental meluncur dari hidung mungil sang gadis tersebut.


Dia mimisan.



“…?”



Mendengar bahwa gadis yang di bawahnya bisa berbicara dengan santai seperti itu setelah menimbulkan kekacauan di halaman depan gedung apartemen, … pria berseragam biru beratribut pengenal berupa adanya kolom “Pemadam” ini, segera melepas perlengkapan keamanan untuknya bisa berayun sampai ke sini.



GRRT~! GRTT!



“Lapor, Pak! Apakah Anda sudah sampai ke sana dengan selamat?”



Lihat selengkapnya