Aa Damkar love Eneng Pembuat Onar

Aerina No 7
Chapter #4

Chapter 4 - Penyuluhan Penting

“Jadi, ….”



TAK!



“… Mulai dari mana kita meluruskan kesalahpahaman ini?”



Cangkir suguhan teh terakhir yang diperuntukkan tuk empat orang, berhasil ditaruhkan di atas piring pisin, berbarengan dengan melayangnya ungkapan penasaran dari bibir wakil kepala regu pemadam kebakaran.



“Neng April masih belum mendapatkan jawaban atas pertanyaannya tadi dari Saya. Jadi, ….”



Revan telah menyuruh asisten kecilnya tuk pergi menyusui tiga orang lain di bawah sana, supaya beristirahat di mobil saja.


Sedangkan untuk ibu resepsionis, wakil Ka Regu telah berhasil membujuknya supaya kembali ke tempat asal bekerja—meja resepsi—dengan nyaman.


Dikarenakan, keempatnya, … sepakat tuk menyelesaikan kesalahpahaman ini dalam ruangan tertutup.



“… Saya akan menyampaikan cerita dalam sudut pandang para petugas pemadam kebakaran ini dulu.”



Gadis berambut pendek, duduk bersebelahan dengan April, dan berseberangan dengan wakil Ka Regu.


Dia menempatkan kedua tangannya tuk melingkari lengan si pembuat heboh lingkungan gedung apartemen ini, secara erat-erat.



“Kami, terutama Saya, yang menurut Neng April telah melakukan tindakan tidak sopan itu, … hanya bergerak selepas mendapatkan laporan.”



“Laporan?”



“Ya. Laporan.”



April menautkan alisnya heran.


Sembari mulai menyesap teh hangat yang disuguhkan oleh temannya ini, ia kembali bertanya.



“Laporan apa?”



“Anda yang hendak melakukan percobaan bunuh diri, dengan cara melompat dari ketinggian.”




Oh … laporan seperti itu y—!



“Tunggu, … AP—!?"



—BURSTT?!



“….”



“….”



“….”



Hening, ketiga orang selain April membeku di tempat.


Terutama untuk Revan, sang Ka Regu pemadam kebakaran, yang beberapa kali mengerjapkan mata tajamnya itu akibat kemasukan air.


Air semburan yang disemburkan oleh gadis berambut krim terang tersebut.



“Okhok! Ukohk! Okhok!”



April terbatuk-batuk.


Sesekali, ia memukul-mukul dadanya, akibat tersedak.


Hidungnya terasa panas dan pedih dikarenakan air tehnya sempat naik ke indra penciuman sebelum disemburkan.



“Maaf. Ma—ukhok! Ukhok!”



Dia sadar bahwa dirinya telah melakukan kesalahan.


Meskipun tersendat-sendat oleh rasa ingin terbatuk-batuk yang sangat mendominasi, gadis bermata coklat kemerahan itu tetap berusaha tuk meminta maaf.



“Revan,” Wakil Ka Regu berbisik.



Dia menyodorkan sapu tangan bersih yang dirogohnya dari saku, dan menyerahkannya secara sukarela kepada sang kapten.


Tanpa melupakan, memberi sentuhan pada wajahnya yang tak kalah tampan dari pimpinan regu pemadam kebakaran mereka itu, … dengan seringai lebar.



“….”


Lihat selengkapnya