Time out satu menit diberikan atas permintaan kapten tim putra, Birendra, membuat riuh penonton. Penonton heran dengan sikap Birendra, pertandingan lancar-lancar saja dan dikuasai oleh timnya, skor pun tim Aalok tertinggal jauh, namun Birendra menyela pertandingan dengan time out. “Lhaa gila sih minta time out segala. Perlu banget bahas strategi gitu” Rutuk Partha sambil menghempaskan bola dengan kesal. Dia segera bergabung dengan timnya, Partha menggosok telinganya sebelum mendengar wejangan sang kapten.
“Inget omongan gue pas brief tadi! Mainnya kayak biasa aja, keluarin semua skills dan speed. Jangan setengah-setengah gini!” Rahang Birendra mengeras, dia tak habis pikir tim nya menjadi lemah saat bertanding dengan tim cewek. “Kita tim, gue gamau main sendiri.”
Partha merangkul Birendra, mencoba menenangkan sahabatnya. “Selow aja mas, kita unggul. Lo gak bakal dipermalukan.” Ucap Partha santai.
“Gue bukan lagi ngomongin tentang gue yang bisa dipermalukan, karena itu gak akan mungkin. Gue cuma minta lo semua mainnya kayak biasa, full speed, gak mlempem cuma gegara mereka cewek.”
Partha menyerngitkan dahi, “Bi, lo paham gak sih? Mereka cewek, ya jelaslah speed nya beda sama cowok. See, kita tetap unggul walaupun lo bilang kita mlempem.” Partha menunjuk papan skor, “Ahh, lo mau pamer kehebatan? Gue paham sih!” Partha tersenyum meremehkan.
Birendra mengatupkan rahang sekuat-kuatnya, bahunya pun menegang. Hembusan napas panjangnya terdengar lelah. “Lo harusnya yang paling paham, lo punya sahabat cewek kan. Ini cara gue ngehargain, mereka udah ngerahin semua skills, gak pantang menyerah dan terus keep forward walaupun speed kita emang lebih cepet.” Birendra meraup oksigen dengan kasar, “Kalo gue jadi mereka, gue mau diganjar setimpal dengan lawan gue yang ngerahin semua skill mereka. Bukan malah ngeremehin dengan cara ‘mencoba mengalah demi cewek’.” Partha tak terima dengan ucapan terakhir Birendra, dia mengepalkan tangan kuat-kuat. Perkataan-perkataan Birendra selanjutnya dia abaikan, dia berusaha menenangkan dirinya dengan melirik Aalok di seberangnya. Aalok ternyata sedang memperhatikan ke arahnya, tatapannya datar dan tenang.
Peluit panjang tanda time out menyudahi keduanya. Kedua tim kembali ke tengah lapangan dan melanjutkan pertandingan. Pergerakan tim Birendra menjadi lebih cepat dan gesit, tim Aalok pun terlihat menjadi lebih semangat mengejar ketertinggalan skor mereka. Aalok dan Birendra sangat terlihat gigih untuk dapat memasukkan bola ke dalam ring.
Kini bola ada di tangan Aalok, napasnya menderu dan keringat membanjiri wajahnya. Aalok men-dribble bola dengan tenang pada garis free throw, matanya menyapu area di depannya. Dia berusaha memahami posisi teman dan lawan. Aalok perlahan maju dan mempercepat lari hingga beberapa langkah lagi mendekati ring, Aalok melakukan tolakan dan melompat dengan tumpuan kaki kanannya. Semua mata takjub melihat aksi Aalok. Aalok terlihat sangat serius, dia memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi, mengontrol tubuhnya agar tetap seimbang dan nantinya dapat mendarat dengan mulus. Dalam lompatan tersebut, Aalok mengangkat lutut sebelah kirinya, matanya menatap tajam pojok kiri persegi papan pantul dan lengan kiri Aalok dijulurkan sepanjang mungkin dan …
buuuugghhhh
Tubuh Aalok yang sedang melayang tiba-tiba terhuyung keras. Lemparan bolanya juga melesat jauh memantul balik mengenai pinggiran ring. Aalok tidak bisa memprediksi hal ini secara cepat, itu kelemahannya. Tubuhnya menjadi tak seimbang dan dia panik. Aalok memejamkan mata, dia mendarat dengan tubuh tak siap. Kaki kanannya spontan mendarat terlebih dahulu dan menjadi tumpuan semua berat badannya. Karena gerakan spontan itu Aalok terjatuh dengan gerakan kaki kanannya melebihi batas normal.