Sorenya sepulang sekolah, Apel dan Nirina janjian mencari tukang bubur di gang sempit yang sebelumnya didatangi Badai-yang-sebenarnya-bukan-bernama-Badai.
"Emang kamu tau di mana lokasi tukang buburnya?"
"Kira-kira aja, itu kan langgananku."
Nirina komat-kamit.
"Kenapa?" tanya Apel.
"Mengucapkan terima kasih pada Tuhan yang Maha Esa karena sahabatku yang terkenal jutek akhirnya tergugah punya empati pada sesama, meski datangnya telat dan harus dilabrak ojol dulu," jawab Nirina syahdu.
"Hmmm ... jadi ingin berkata kasar."