Dulu ketika Badai lahir, bapaknya minta agar di akte dituliskan nama Badai Tornado. Tapi Ibu Badai yang bernama Fairus tidak setuju karena kata 'Badai' dan 'Tornado' digabung jadi satu sepertinya adalah nama yang bawa sial.
Bu Fairus diam-diam ke kantor lurah dan mengubah nama akhir Badai sesuai perasaannya pada suaminya. Jadilah nama anak itu menjadi Badai Asmara. Anak keduanya Topan Tornado, diubah jadi Topan Cintaku. Bayu Tornado pun jadi Bayu Rasa Ini... yang sebenarnya typo petugas kelurahan karena yang diminta harusnya Rasa Itu.
Setahun setelah putera ketiganya lahir, Jefri suaminya pamit mencari kayu ke hutan dan menghilang. Entah dirampok atau diserang hewan buas, aparat desa seperti menyimpan rahasia. Bu Fairus diminta mengikhlaskan, tapi ia tak bisa. Untuk mengobati kesedihannya, akhirnya ia hijrah ke ibukota, mengadu nasib bekerja serabutan. Ia tak pernah tahu apa yang terjadi pada suaminya.
Sampai kemudian takdir menuntun seorang anak SMA pesan bubur ayam untuk sarapan.
***