Sore itu, Apel melonjak-lonjak menuju gerbang sekolahnya. Ia berlari, lalu jalan, lalu lari lagi. Wajahnya berseri-seri berlapis skincare. Ia terus berlari sampai ia menemukan seorang... ojek online.
"Kak Apel lari-lari cuma ngejar ojol," komen temannya. Yang dibalas Apel dengan pelototan jahanam. "Heh, saha aing, sana keliling sekolah lima kali."
"Kasihan dia, Apel. Tenanglah, aku kan memang cuma ojol." Badai membuka helmnya, melambai penuh ketampanan pada Apel. Apel balik melambai cantik. Nirina pun ikut melambai cuek.
"Excuse me, ngapain di sini, Nirina? Ngapain?" Apel melirik Nirina tajam. Merasa quality time-nya dengan Badai terganggu.
Nirina menjawab dengan sangat singkat dan pendek, yaitu. "Aku hanya ingin menonton kebahagiaan meluap berbunga-bunga sepasang anak remaja yang sebentar lagi akan terhempas oleh derita."
"Hoyyy!"
Badai tertawa melihat persahabatan hangat pakai tanda kutip antara Apel dan Nirina.
"Udah kurang menderita apa kita sebulan ini, Nirina? Ini saatnya bahagia," kata Badai.
"Aku bahagia." Nirina tersenyum. "Hari ini kita harus bahagia meski bulan depan mungkin kita harus borong masker gas beracun."