Abhipraya High School

Riska Gustania
Chapter #1

00. Pembuka

Di luar terlihat masih gelap. Itu tandanya malam belum beranjak. Anak kecil itu masih berusaha untuk menghindar. Ia benar-benar tidak ingin tertangkap. Kaki mungil itu terus berusaha menjauh, mencari tempat bersembunyi. Petak umpet ini, bukan permainan yang akan ia lakukan sampai kapanpun.

Sakit. Perih.

Lari, lari, lari dan lari hanya itu yang bisa anak kecil itu lakukan guna menghindar. Berlari, mencari tempat untuk bersembunyi sembari menahan sakit. Darah segar mengalir dari siku dan lututnya. Ia sudah terjatuh, akan tetapi ia masih mampu untuk kembali berdiri dan berlari.

Seorang laki-laki terkekeh, dia meremehkan kemampuan anak itu. Dia hanya melihat tanpa minat untuk langsung menghabisi. Dia senang melihat bagaimana anak itu berusaha menjauh darinya.

Hingga akhirnya anak kecil itu bersembunyi, di ruangan yang biasa digunakan untuk mencuci baju. Ruangan 2x2 yang berada di bawah itu berisikan cukup banyak barang. Anak kecil itu memilih untuk bersembunyi di bawah tangga, di dalam sebuah lemari kecil yang kebetulan isinya sudah di keluarkan.

Hening. Tidak ada suara sedikitpun. Ia bernafas lega. Setidaknya untuk beberapa saat kedepan.

Hingga akhirnya terdengar langkah kaki, dengan sebuah benda yang di seret pada dinding. Tubuhnya kembali menegang. Nafas leganya hanya bertahan dua menit.

Anak kecil itu mengintip dari lubang kecil. Dia datang dengan sebuah palu di tangannya. Dia datang dengan nafas yang memburu seolah tengah menahan sesuatu. Wajahnya seperti begitu menyeramkan, tapi ia tidak dapat melihat dengan jelas. Tubuhnya tegap, di jari manis tangan kanannya melingkar sebuah cincin.

Wajahnya tidak terlihat. Tapi, yang pasti dia seorang pria. Tiba-tiba terdengar tawa yang menggema beserta sebuah jeritan kesakitan, namun suara itu seperti seorang perempuan. Anak kecil itu menahan nafas. Bersembunyi.

"Hallo," Sapa pria itu sembari menampilkan senyumnya setelah berhasil membuka pintu lemari kecil tadi.

Anak itu memejamkan matanya erat-erat. Ia terlalu takut melihat apa yang berada di hadapannya.

Namun, saat ia bangun ia sudah berada di depan sebuah Bungker bekas bangunan pertahanan militer. Bangunan yang berada di bawah tanah. Ia di bawa masuk oleh seorang pria dan wanita paruh baya.

Gelap. Dingin.

Lihat selengkapnya