Abhipraya High School

Riska Gustania
Chapter #2

01 : Adhigana

"Selamat pagi bapak dan Ibu sekalian," Sapa seorang pria yang berdiri di atas panggung.

Di dalam gedung itu, ada sekitar 1.800 orang berkumpul. Mereka, para orang tua calon peserta didik Abhipraya. Test masuk sekolah ini memang tidak hanya dilakukan oleh anak-anak mereka. Tapi, juga oleh orang tua mereka.

"Sebelumnya, perkenalkan saya Harsa Tjokro Buana, selaku kepala sekolah Abhipraya High School."

"Seperti yang hadirin sekalian ketahui, Abhipraya hanya membuka pendaftaran tiga tahun satu kali. Dengan kualifikasi murid yang berbeda tiap tahunnya. Kami tidak memilih siapa yang paling kaya, baik atau cerdas. Tapi, kamu memilih dia yang paling berkompeten."

"Kami memilih murid secara acak, tidak ada spesifikasi atau kriteria yang begitu mendalam namun sebelum itu kami juga melakukan observasi guna mencari tahu tentang murid tersebut. Dan, disinilah kami, dengan para orang tua dari 1.000 murid yang akan melakukan test."

Harsa, pria paruh baya itu berbicara di depan ribuan orang tentang Abhipraya. Semua orang berdecak kagum, mereka semakin ingin anak-anak mereka masuk dan menjadi satu dari enam belas yang terpilih nantinya. Test tertulis dan wawancara pertama untuk orang tua sudah dilakukan dua hari yang lalu. Maka, kini tinggal test untuk anak-anak mereka saja.

Sementara di gedung lain, 1.000 anak berkumpul di dalam gedung yang sama. Aula gedung tersebut sangat besar, bahkan meskipun sudah di isi oleh 1.000 anak, aula itu masih terlihat memiliki banyak ruang untuk menampung anak-anak lainnya. dari 1.000 akan tersisa sekitar 3% yang kemudian akan di seleksi lagi sampai tersisa hanya 16 orang saja.

1.000 anak yang sedang berkumpul dalam satu aula itu adalah 1.000 anak yang berhasil melaju melalui seleksi dokumen. 1.000 anak yang akan melakukan test masuk berupa ujian dan akan di seleksi lagi sampai tersisa 30 orang. Jika ada 1.000 anak, lantas mengapa ada 1.800 orang tua? Itu karena setiap anak harus memiliki izin dari kedua orang tuanya. Tidak boleh di wakilkan oleh salah satu, harus benar-benar keduanya.

Ujian Seleksi Masuk Abhipraya High School (USM AHS). Ujian tersebut di adakan setiap 3 tahun sekali. Alasannya karena di AHS setiap periode hanya akan mengajar 16 orang selama 3 tahun. 16 remaja itu akan belajar dan saling membantu satu sama lain. Tidak ada kakak kelas, teman seangkatan selain 16 peserta didik tadi, apalagi adik kelas. Mereka benar-benar hanya akan ber-16 dalam kurun waktu 3 tahun.

"Belajar yang bener. Harus bisa meraih nilai setinggi mungkin. Kamu enggak boleh gagal test masuk Abhipraya!" Mungkin, itu adalah kata-kata umum yang sering di dnegar oleh mereka, anak-anak yang memiliki orang tua dengan ambisi besar.

Abhipraya High School. Bukan sekolah yang di isi oleh anak-anak dengan gaya bahasa campur Indonesia-Inggris. Sekolah swasta ini bertaraf Nasional ataupun Internasional. Bukan sekolah yang di tempati oleh anak-anak orang kaya saja. Tapi, sekolah itu memang terkenal di Indonesia, meskipun tidak ada yang tahu pasti dimana tempatnya. Sekolah itu di kenal juga sebagai sekolah yang menciptakan banyak orang yang berpengaruh di Indonesia. Sekolah dengan motto menciptakan generasi muda yang lebih maju itu benar-benar memiliki banyak sekali peminat.

Entah ada apa di balik Abhipraya, yang pasti banyak orang tua yang berbondong-bondong memasukkan anak-anaknya ke sekolah itu. Tanpa memikirkan bagaimana dampaknya pada psikis anak-anaknya, bahkan mereka juga tidak memikirkan bagaimana cara anak-anaknya untuk bertahan disana.

Lulusan Abhipraya akan mudah di terima di Universitas manapun, baik dalam maupun luar Negeri. Lulusan Abhipraya juga akan mudah memasuki dunia kerja. Lulusan Abhipraya akan mudah untuk menjadi apapun, setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah tersebut. Hal tersebut, benar-bener merupakan sebuah keuntungan bagi mereka dan orang tua mereka.

Namun, hal sebaliknya akan terjadi jika mereka tidak berhasil menyelesaikan sekolah. Jika mereka terkena drop out, jika mereka membuat masalah, hal tersebut akan membuat mereka semakin rugi.

Lihat selengkapnya