2
2021
Terdengar suara gemuruh diiringi dengan tepuk tangan yang meriah. Beberapa dari orang yang hadir di auditorium ini bahkan meneriakkan nama orang yang tadi maju membawa presentasinya dengan sangat baik. Entah kenapa mendengar nama orang tersebut dipuja-puji, hatiku justru menjadi ciut.
Setelah mendengar langkah finalis pertama turun dari panggung nama finalis kedua dipanggil. Tepuk tangan yang lebih meriah memenuhi ruangan. Rupanya banyak di antara penonton yang mengidolakan dia.
Sementara itu, di kursi samping auditorium aku duduk mempersiapkan diri. Menunggu giliranku sambil menggerakkan kakiku ke atas dan ke bawah. Mengingat-ingat kembali apa yang harusnya aku katakan di atas panggung nanti. Auditiorium ini sebenarnya adalah gedung bioskop yang diubah peruntukkannya menjadi tempat pitching ide cerita.
Hari ini mungkin adalah hari terbesar dalam hidupku karena aku mendapatkan kesempatan langka untuk mempresentasikan ide ceritaku di depan tiga juri yang punya kompetensi tinggi di bidang perfilman. Ada produser terkenal, sutradara hebat dan penulis skenario yang aku kagumi. Ketiga orang yang akan duduk di depanku pastinya akan memberikan pendapat dan penilaian pada ide ceritaku.
Ini akan menjadi kali pertama aku berdiri di depan audiens sebanyak itu, setelah pesta pernikahanku beberapa tahun yang lalu. Di pesta itu saja, aku tergagap untuk mengatakan kata sambutan yang pendek, apalagi sekarang ketika aku akan menceritakan keseluruhan ide ceritaku dalam waktu 15 menit.