8
Di suatu malam, di mana semua orang di rumah duduk di ruang tamu sambil bermain, aku bangun dari tempat tidurku, mengambil celana yang aku gunakan untuk bepergian. Sudah beberapa hari celana ini aku gunakan dan belum dicuci. Aku merogoh saku celana tersebut dan menemukan botol mini yang diberikan oleh nenek itu kepadaku.
Rupanya kejadian itu bukan mimpi.
Aku memandangi botol itu dan memutar-mutarnya di telapak tanganku. Ukurannya bahkan tidak melebihi jari tengahku.
Tanpa sadar tangan kiriku terkepal dengan kuat. Kemarahan dan kekecewaan karena setiap pesan yang aku kirim tidak ditanggapi oleh produser, membuat mulutku juga ikut meracau.
“Dasar tidak berguna! Kamu ini tidak ada, Abi. Orang-orang tidak melihat kamu!”
Aku terus mengulang-ulangi kata-kata itu sepanjang waktu. Pikiranku terbang dalam pengandaian tentang apa yang aku lihat di media sosial. Di mana teman-temanku bisa lebih sukses daripada diriku sekarang, walaupun secara prestasi di sekolah mereka masih kalah jauh denganku. Di aplikasi yang menjadi medium bagi orang untuk pamer itu, aku bisa melihat penulis-penulis skenario lain bisa sukses. Ada juga istri dari penulis dan sutradara terkenal, yang sebelumnya tidak memiliki kemampuan dasar penulisan skenario selain menonton drama korea, bisa punya kesempatan untuk bisa menulis dan menyutradarai filmnya sendiri.
Aku cemburu, Aku marah!
“Andai saja aku tidak dilahirkan di keluarga seperti itu. Andai mamaku tidak menjadikan aku kuda pacuannya. Andai aku tidak selalu dipersalahkan atas apapun yang kuperbuat yang kini membuatku bingung tentang apa yang benar dan salah!”
Malam itu aku benar-benar menginginkannya tiada. Aku marah, aku dendam, aku benci. Aku buru-buru memasukkan botol mini itu ke dalam tas kecilku lalu langsung mengenakan pakaian yang biasa aku kenakan untuk pergi bekerja.
Aku berjalan menuju pintu keluar rumah hanya untuk mendapati Ganindra menghalangi jalanku dengan mainan-mainannya yang berserakkan di lantai. Kakiku menginjak salah satu mainan, yang dia juga tidak mengerti cara memainkannya dan aku mengerang kesakitan. Semua amarah yang tadinya aku pendam semuanya keluar ketika tanpa sengaja, aku menjatuhkan botol mini it uke lantai. Rupanya tas kecilku lupa aku resleting.