15
Ambar
Dulu dia tidak begitu. Senyuman sering menghiasi wajahnya. Lontaran demi lontaran candaan sering keluar dari bibirnya yang lancip. Hampir setiap leluconnya bisa membuatku tertawa terutama ketika kita masih pacaran.
Dia sering mengorbankan dirinya sendiri untuk orang lain. Sebagai seorang guru, dia selalu memberikan hati dan waktunya untuk keberhasilan muridnya. Hari Sabtu dan Minggu sering dia gunakan untuk mengulang kembali pembelajaran guna mempersiapkan anak-anak didiknya dalam menghadapi ulangan di minggu berikutnya. Dia sangat bertanggung jawab malah, terlalu bertanggung jawab!
Beberapa kali dia mendapatkan peluang untuk memaparkan ide cerita miliknya atau mengikuti seminar tentang film dan penulisan film, namun hal itu urung dia lakukan karena jadwalnya sering bentrok dengan kewajibannya sebagai guru. Di saat itu, aku sering melihat dia begitu sedih dan muram.