Abi di Dalam Botol

Yoseph Setiawan Cahyadi
Chapter #28

Kembali Bangkit

28

 

           Aku tidak pernah menyangka kalau aku begitu ingin pergi dari dunia ini. Tidak lagi memikirkan yang biasanya aku pikirkan. Tidak lagi dibebani oleh kesempurnaan, dan oleh apapun juga. Jika karma itu ada dan reinkarnasi itu nyata, aku ingin dilahirkan kembali dalam sebuah keluarga yang menerimaku dengan uluran tangan terbuka dan wajah penuh senyuman, bukan dengan kepala yang penuh dengan beban yang menganggap kehadiranku sebagai pelengkap penderitaan.

           Harus aku akui di dalam sini, semua terasa tenang. Terasa damai. Sudah lama aku tidak merasakan hal ini. Entah kenapa meski di sekitarku gelap tanpa ada sedikitpun cahaya, aku merasa betah dan tidak mau keluar. Aku meringkuk saja di dalam kegelapan ini mencoba untuk memejamkan mataku kembali. Namun samar-samar di tempat yang jauh di depan sana, aku bisa mendengar sebuah suara. Suara kecil dari malaikat kecilku yang baru belajar bicara.

           Suara itu membangunkan kenangan-kenangan yang selama ini terkubur akannya. Aku lupa bahwa aku sempat tertawa terpingkal-pingkal penuh gemas ketika mendengar suara itu berceloteh tak menentu. Suaranya lembut benar-benar seperti suara dari surga yang turun ke dunia semata-mata untuk membuat orang tersenyum.

           Sudah lama suara itu tidak kudengar, tertutup dan tertimbun oleh suara-suara yang berputar di dalam hatiku sendiri. Seperti tangan yang mencengkeram, begitu pula suara-suara dari dalam diriku itu menarik diriku menjauh dari suara anakku yang syahdu itu. Menenggelamkan diriku ke dalam pasir hisap yang menyesap tenagaku sehabis-habisnya tak bersisa.

           ”Pak! Pak!

         Suara itu kian keras memanggilku. Di ujung lorong yang terjauh aku bisa melihat bintik-bintik cahaya berpendar. Kerinduan ini membakar bara yang selama ini telah mati di dalam hatiku. Tanpa sadar, aku sudah kembali berdiri, berjalan setapak demi setapak ke arah datangnya cahaya. Perlahan bintik-bintik itu semakin besar. Ada pelangi yang terbentuk di ujungnya. Aku kira akir hujanlah yang membiaskan titik air sehingga menghasilkan keindahan seperti itu.

           Kata orang pelangi adalah tanda harapan. Tanda kalau yang indah akan segera datang. Karena semakin tidak sabar, aku putuskan untuk berlari menjemput cahaya itu. Bintik-bintik yang membesar itu pada akhirnya mengumpul menjadi satu, menjadi dua bulatan yang sempurna.

........................

           ”Pak! Pak!

           Aku membuka mataku. Ada seorang perempuan yang tidak aku kenal duduk tetpat di samping tempat aku tidur. Separuh wajahnya tertutup poni yang panjang. Ada kacamata hitam terpasang di matanya.

           ”Di mana aku?”

           ”Dok! Dok!..... Sus! Dia sudah bangun, sus!

Lihat selengkapnya