Abi di Dalam Botol

Yoseph Setiawan Cahyadi
Chapter #38

Janji yang Dipenuhi

38

    Setiap perjalanan menorehkan ceritanya sendiri-sendiri. Bagiku sendiri cerita itu adalah keluarga. Seseorang yang belum pernah pergi jauh sebelumnya, yang keluarganya hancur berantakan seiring dengan emosinya yang yang naik turun, melakukan perjalanan jauh untuk tidak hanya menemukan keluarganya kembali melainkan juga membentuk keluarga-keluarga baru yang tidak terduga sebelumnya. Meski diwarnai dengan perbedaan yang kami miliki masing-masing, luka lah yang akhirnya menyatukan kami semua.

   Dari Malang kami memutuskan untuk kembali ke Jakarta melewati Cirebon. Aku mengambil mobil colt tua milik pak Simon, yang kebetulan masih aman, untuk mengembalikannya lagi ke rumah Leo. Meski Pak Sidik sudah memerintahkan untuk membawa ini pergi, aku tetap memiliki tanggung jawab untuk mengembalikan.

       Kami sampai di pagi hari setelah melewati perjalanan sepuluh jam. Leo menyambut kami dengan lambaian tangannya dari atas beranda kamarnya. Pak Sidik tersenyum sekaligus terheran menyambut kedatangan kami. Selama satu hari dan satu malam itu, kami memutuskan untuk menghabiskan waktu di rumah Leo untuk merekatkan tali silaturahmi di antara kita. Mumpung Pak Simon sedang tidak ada di rumah.

      Upaya pencalonan dirinya menjadi anggota legislatif masih terus berjalan. Seperti politisi lainnya, dia memang berbakat untuk berdalih dan berkelit. Dengan enteng dia mengatakan Leo bukan anak kandungnya dan dia memungut Leo sedari kecil karena kasihan dengan kondisi fisiknya.

       Meski mendapat perlakukan seperti itu dari ayahnya, Leo tetap kelihatan tegar. Wajahnya selalu berseri-seri apalagi ketika dia bercanda dengan Ganindra, yang justru malah sibuk  menjelajahi isi rumah dan bukannya berinteraksi. Jujur aku merasa iri dengan kekuatan hatinya, walaupun aku tahu Leo menahan rasa sakit yang luar biasa.

    Di sisi lain, Pak Sidik juga nampak girang bukan alang kepalang. Kehadiran kami membawa keceriaan yang tidak pernah hadir di dalam rumah yang lebih mirip seperti sangkar ini. Kelincahan Ganindra yang bergerak ke kanan dan ke kiri tanpa tujuan yang jelas, membuat Pak Sidik semakin gemas.

Lihat selengkapnya