"Tsabita, keluar sana ada yang cari."
"Masih orang yang sama?"
"Siapa lagi yang kekeh nikah sama kamu,"
"Nikah kontrak, garis bawahi itu!"
"Terima saja lah. Walau pun niatnya salah semoga pernikahan kalian seumur hidup," kata Adiba dengan wajah lesu karena bolak balik membuka pintu tamu yang datang ternyata masih orang yang sama.
Dengan langkah gontai Tsabita berjalan keluar. Sedangkan di pelataran rumah yang dia kontrak bersama Adiba seorang sedang menggelang tikar sambil mengoperasikan pekerjaannya lewat laptop dan beberapa berkas yang menumpuk disekitarnya tak lupa bekal makal dan cemilan juga.
"Gus, ini bukan kantor," kata Tsabita.
"Bagaimana jawabannya? Iya atau tidak?"
"Kenapa sih cuma nikah kontrak saja kamu sampai segitunya. Tiap hari tidak pernah absen dari pelataran rumahku. Bukannya Gus tahu hukumnya mempermainkan pernikahan?"
"Aku tak punya pilihan lain lagi, posisiku sulit."
"Perempuan di luar banyak tuh yang mau diajak nikah kontrak sama gus. Ning atau santri pasti banyak yang menyukai kamu Gus."