Mari ke 3 bulan yang lalu sebelum kami tersesat.
Hari pertama masuk ke kelas 12 pada hari Sabtu. Selain disuruh gotong royong di kelas, kami semua juga harus mencatat semua mata pelajaran dan melihat di mana kelasku berada. Karena, hari Senin langsung belajar. Tidak ada main-main lagi berhubung sudah kelas 12.
Kutatap mading dari kejauhan, lautan manusia di sana saling berdempetan dan mendorong. Bahkan ada yang terjatuh, hampir masuk selokan kecil di sana. Kasihan sekali.
Kalau aku ke sana, pasti bau keringat! Sudah siang, habis gotong royong, bersih-bersih sekolah, pasti baunya campur aduk! Aku tidak tahan dengan kewangian duniawi itu.
Lelah melihat itu, aku duduk di meja bundar seorang diri. Meja yang berisi 7 kursi kayu, diwarnai warna biru tua, fungsi lain dari meja bundar untuk diskusi di kala senggang, apalagi kalau bukan gosip.
"Lo kelas mana, Lis?" tanya Karin, cewek itu duduk di sampingku sambil menyerup teh es.
"Nggak tau, belum liat," balasku singkat.
Karin mengangguk, dia terus menyerup teh esnya sampai habis, lalu membuang plastik bungkus itu ke tong sampah. Tak lama Karin bergabung, ada beberapa cowok juga yang duduk di meja bundar kami.
"Kita sekelas!" seru Fajar senang.
Cowok itu meletakkan sebuah kertas khusus kelas 12 MIPA 4 di meja. Dia baru saja merobek kertas itu di mading dan membawanya kabur tanpa takut dihukum oleh guru pengawas.
Sekali lihat, aku bisa tahu kalau kami yang tengah duduk bersama ini berada di satu kelas yang sama.
Siswa-siswi 12 MIPA 4
1. Aelis Key Arisa
2. Gadisya Puspa Ayu