Namanya Bagas Pratama. Sebuah nama yang pertama kali berhasil mendebarkan hatiku setiap kali ada yang menyebutnya. Sebuah nama milik seseorang yang mempunyai senyuman terhangat selingkungan kampus. Aku mengaguminya sejak pertama kali ia muncul di hadapanku sekitar dua tahun yang lalu sebagai ketua ospek. Suaranya lembut, perilakunya hangat dan tampangnya jangan ditanya lagi menurutku dia malaikat yang hidup di bumi, hehehe. Kami tidak dekat, kami hanya sebatas junior dan senior, tidak lebih. Tapi jika harus jujur, aku sangat ingin dekat dengannya lebih dari sebatas itu. Aku hanya bisa berharap untuk beberapa hal tentangnya, semoga semesta dan waktu memihak kepadaku. Setidaknya membuat pertemuan singkatku dengannya atau menakdirkanku harus ada di hidupnya, hehehe.
~~
"Ra, kamu jadi ikut daftar senat?" tanya Ira menghampiriku yang sedang asyik melihat-lihat instagram senat kampus yang di dalamnya ada beberapa foto milik seseorang yang sangat kukagumi.
"Jadilah," jawabku antusias dengan pandangan yang tetap fokus menatap layar laptop.
"Gara-gara ada kak Bagas ya?" tebaknya percaya diri. Tentu Ira pasti selalu tahu, toh dia sahabat dekatku yang selalu tahu bahwa apa pun yang aku lakukan selama ini atas dasar kekaguman kepada Bagas.
Aku mengangguk membenarkan ucapannya. "Tapi bukan karena kak Bagas juga sih Ra, aku mau tambah pengalaman aja di sana."
Meskipun alasan pertamaku masuk senat ingin lebih dekat dengan Bagas, tetapi alasan selanjutnya aku ingin menambah banyak pengalaman, terlebih lagi semasa SMA aku tidak pernah ikut organisasi apa pun karena alasan tertentu.
"Oh okey okey. Good luck ya Ra buat wawancaranya."
"Sip, Makasih,"
Hari wawancara pun tiba. Aku sudah 15 menit keluar dari kelasku dan langsung menuju ruang senat. Ruangannya masih sepi mungkin anak-anak yang lain masih ada mata kuliah. Tapi suasana tersebut aku manfaatkan untuk melatih nada bicaraku untuk wawancara nanti.
"Perkenalkan nama saya Kiara, saya mahasiswa jurusan psikologi angkatan 2017. Alasan saya mendaftar menjadi anggota senat karenaaa..."
"Karena ingin dekat dengan saya.." tiba-tiba suara asing memotong monologku.
Aku langsung menoleh, "hah?" mataku terbelalalak, tak menyangka bahwa suara tersebut berasal dari seseorang yang sangat kukagumi. Aku menunduk malu, mungkin wajahku sangat memerah seperti cabai merah. Ya ampuun Kiaraaa.
"Oh jadi nama kamu Kiara?" tanyanya dengan sedikit senyuman.