Aku memandangi kamarku, rasanya aku sudah lama sekali tidak melihat kamarku ini. Sesekali aku mendengar suara keluargaku di ruang keluarga. Mereka sedang mengobrol dengan Agung dan Dipta. mereka berdua bercerita tentangku ketika masa kuliah dulu. Aku mendengar samar-samar, om dan tanteku tertawa terbahak-bahak mendengar cerita mereka berdua.
“Om, Tante jangan percaya sama perkataan mereka, semuanya bohong dan dilebih-lebihkan” ucapku sambil duduk
“berlebihan gimana, inget ga pas kamu dapet gelar MISS PHP dari Bang umar”
“maksudnya gimana?” Tanya tante Anggi
“itu loh tante, dia hobi banget bikin cowok-cowok berharap. Tebar pesona, ujung ujungnya di ghosting, Makanya dapet gelar Pemberi Harapan Palsu” tambah Agung
“engga tante, bohong itu, itu bang Umar senior aku emang suka jahil”
“tapi emang bener juga, inget ga senior kita di UKM jurnalis, kamu juga PHP-in dia kan, setahun lho, ga diberi kepastian sama sekali” tambah Dipta
“jangan-jangan kamu masih jomblo karena di doain yang ga bener sama orang-orang yang kamu PHP-in ya?” Tanya tante
“bohong tantel, bohong” aku memukul mereka berdua untuk membela diri
Tante Anggi dan Om Ari tertawa melihat tingkah laku kami bertiga yang seperti anak-anak. Bahkan aku bisa melihat mata tante Anggi berkaca-kaca melihat kedekatan kami bertiga, aku tahu ia bahagia melihatku sudah bisa ceria seperti dulu. Sudah dua minggu semenjak kepulanganku dari Kediri, dan hampir setiap hari Agung dan Dipta datang ke rumahku. Bukan hanya sekadar untuk bermain, sarapan, makan siang, bahwan makan malam mereka selalu kesini. Mereka berkata, mereka trauma jika aku pergi lagi ke Kediri.
“jadi usaha kamu bakalan lebih dipermudah sama aplikasi yang perusahaanku buat” ucap dipta
“intinya kasir yang jaga di depan juga ga bakalan kelabakan nantinya”
“ok oke terimakasih” jawabnya singkat
“makan dulu yuk, laper” ajakku ke mereka
“wah kebetulan udah lapar ni perut” ucap Agung merangkul pundak kami berdua
Kami bertiga makan bersama dengan om Ari dan tante Anggi. Sembari makan, kamipun dengan asyik membahas usaha yang akan kami rintis bertiga. Apalagi, di rumah hanya ada kami bertiga. Pekan lalu, Rista sudah kembali ke Jakarta untuk menemani Suaminya, Anjani sudah pergi tadi pagi ke Jakarta karena masa perkuliahannya akan segera dimulai. Jadi, om Ari dan Tante Anggi sangat senang ketika Agung dan Dipta sering datang ke rumah. Selain untuk membicarakan pekerjaan, mereka berduapun bisa menemani om Ari dan Tante Anggi ketika aku sedang sibuk.
Ketika sedang mencuci piring, aku mendengar bel pintu berbunyi, aku berteriak pada Agung dan Dipta agar membukakan pintu “kalian berdua, buka pintu depan, ada tamu kayaknya” teriakku kepada mereka. Tapi tidak ada jawaban dari mereka berdua, akhirnya aku dengan tergesa-gesa pergi meninggalkan dapur.
“ada tamu, guys, kenapa ga dibu..” aku begitu kaget melihat siapa yang sedang duduk di ruang tamu sampai tidak menyelesaikan kalimatku
“Na, ini Ayah” ucapnya padaku.
Aku hampir saja pergi meninggalkan orang-orang yang berada di ruangan tamu, tapi langkah kakiku kembali ku putar ke ruang Tamu, aku tidak akan lari lagi, aku akan menghadapi Ayahku. Ayahku mungkin trauma pertamaku, tapi aku tak ingin traumaku mengalahkanku.
“kalian berdua lebih baik pulang, besok kita bicara lagi tentang pekerjaan kita” ucapku dengan tegas
“tapi, Na..” ucap Dipta
“ayo pulang, kita duluan ya Om, tante” Ajak agung sambil menarik tangan Dipta keluar rumah
“tapi aku khawatir dengan Nirna” ucap Dipta dari luar rumah
“Aku tahu, tapi ini urusan Nirna, biarkan dia menyelesaikan masalahnya sendiri” pinta Agung sambil merangkul pundak Dipta
Hampir 30 menit, aku dan Ayahku saling berhadapan tapi tidak ada satu pun dari kami yang memulai berbicara. Sampai akhirnya, aku melihat Ayahku manangis dan meminta maaf kepadaku.
“Ayah ingin minta maaf kepadamu, Na. ayah tahu dari dulu ayah sudah tidak bertanggung jawab kepada kamu. Ayah ingin meperbaiki semuanya” ucapnya sambil memegang tanganku
“Ayah tahu penderitaan aku dari dulu. Aku mempunyai Ayah tapi seperti tidak punya Ayah. Ayah menelantarkan aku dengan mudah bahkan Ayah jarang sekali mengunjungiku. Apakah sulit untuk menemuiku? Apakah Ayah tinggal di planet Mars sampai-sampai tidak bisa menemuiku dulu”
“Ayah Tahu, jadi tolong maafkan Ayah” ungkapnya