Sudah sebulan, sejak pertengkatan aku dan Ayahku. Ayahku tidak pernah datang lagi ke rumah untuk menemuiku. Dan aku pun disibukan dengan pekerjaan di tempat usaha Agung. Tapi malam itu, aku merasa ada yang aneh, aku mendengar suara anak kucing seperti lewat di depan rumahku, setiap malam aku sering memastikan untuk keluar rumah apakah ada ada kucing yang tersesat di depan rumah, tapi setiap keluar rumah, aku tidak menemukan apa-apa.
“kamu ngapain dari luar?” Tanya tante Anggi
“engga tan, aku sering denger suara kucing” jelasku
“kucing? Ga mungkin, ga ada kucing di sini, lebih baik kamu tidur udah malam” jawab tante Anggi heran
Aku hanya menggelengkan kepala dan langsung menuju kamarku, aku menatap kamarku, berpikir mengapa aku mendengar suara anak kucing, apakah ada hantu di depan rumahku, atau ada yang mengirim kucing jadi-jadian ke rumahku. Aku berpikir dengan keras tentang apa yang aku alami akhir akhir ini.
“Ruru, ngapain kamu ada di sini?” aku mengusap ngusap Ruru,
“Nirna sini” panggilnya lembut
“Ruru kamu bisa ngomong, sejak kapan kamu bisa ngomong, dan mengapa kamu masih hidup? kamu kan udah meninggal?” tanyaku kebingungan
“aku akan menjagamu mulai saat ini, Na. jadi jangan terlalu lama bersedih” ucapnya sambil pergi.
Aku memanggilnya dengan keras tapi Ruru pergi tanpa menoleh sedikitpun padaku. Sampai akhirnya aku sadar bahwa itu hanya mimpi. Pagi itu banyak sekali yang aku pikirkan, aneh rasanya Ruru tiba tiba hadir dalam mimpiku. Ruru mati ketika aku berusia 13 tahun, ketika usianya sudah 7 tahun . Apakah aku merindukan masa kecilku bersamanya sampai aku memimpikannya.
“kamu ngapain bengong, kerja hey kerja” ucap Agung
“apaan sih” jawabku
“aku gaji kamu buat kerja kali, bukan buat bengong”
“Ini jam istirahat Agung!!” jawabku sambil memukul kepala Agung
“hey, Na. Makan yuk?” ajak Dipta yang tiba-tiba masuk ke ruanganku
“ngapain ke sini lagi sih, Dipta!! Gak punya temen ya, hobi banget ke sini, setiap hari ke sini mulu” jelas Agung
“makan yuk, Na” ajak Dipta tidak menghiraukan perkataan Agung
“heh!! Jangan sok mengabaikan ya” tambah Agung kembali
“kalian berdua bisa diem ga sih? berisik tahu? Aku lagi sibuk mikir?” leraiku sambil marah
“mikirin apa? Mikirin jodoh yang ga dateng-dateng” Tanya Agung meledek
Aku melihatnya dengan tatapan kesal, Agung langsung berkata “sorry sorry bercanda” ucapnya
“kamu lagi mikirin Ayah kamu yah, sejak bertengkar ,kalian belum bertemu lagi” Tanya dipta
Aku langsung terdiam mendengar ucapan Dipta. tidak dipungkiri, bahwa aku pun memikirikan apa yang telah terjadi antara aku dan ayahku. Melihatku terdiam membuat Agung memukul kepala Dipta. Aku hanya tersenyum mendengar perkataan Dipta. “salah satu diantaranya memang aku memikirkan Ayahku tapi yang aku pikirkan saat ini adalah hal lain, aku memikirkan seekor anak kucing, namanya Ruru. Akhir akhir ini dia sering datang ke mimpiku” jelasku
“kamu ingin pelihara kucing, Na?” Tanya Agung
“kalau emang mau nanti aku cariin, pengen yang ras apa? Anggora mau Na? atau Shorthair juga lucu” tanya Dipta menawarkan